HUMAS DAN MARCOM: DUA KEKUATAN KOMUNIKASI YANG HARUS JALAN BARENG DI ERA DIGITAL
Dalam dunia komunikasi modern, istilah Humas (Hubungan Masyarakat) dan Marcom (Marketing Communication) sudah bukan hal asing. Tapi, meski sering terdengar, tak sedikit orang bahkan dari kalangan professional masih bingung membedakan peran dan fungsi keduanya.
Padahal, memahami perbedaan sekaligus sinergi antara Humas dan Marcom sangat krusial, terutama bagi organisasi atau brand yang ingin membangun reputasi sekaligus mendongkrak kepercayaan dan penjualan secara berkelanjutan.
Apa Itu Humas?
Humas atau Public Relations (PR) adalah strategi komunikasi yang bertujuan membentuk dan memelihara citra positif sebuah individu, organisasi, atau perusahaan di mata publik. PR tak hanya bicara soal media, tapi juga membangun relasi strategis dengan stakeholder: konsumen, karyawan, komunitas, pemerintah, dan investor.
Seorang profesional Humas biasanya menangani:
- Penulisan dan distribusi siaran pers (press release)
- Manajemen krisis dan komunikasi darurat
- Relasi media dan konferensi pers
- Komunikasi internal dan eksternal
- Aktivasi sosial dan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility)
Tujuan besarnya bukan untuk menjual produk, tapi membangun kepercayaan jangka panjang.
Apa Itu Marcom?
Berbeda dengan Humas, Marketing Communication (Marcom) berfokus pada bagaimana brand menyampaikan pesan-pesan pemasaran secara efektif untuk mendorong keputusan pembelian. Marcom adalah kombinasi antara strategi pemasaran dan pendekatan komunikasi kreatif.
Aktivitas Marcom meliputi:
- Iklan (TV, radio, digital, outdoor)
- Aktivasi brand dan sponsorship
- Strategi media sosial dan kampanye digital
- Copywriting promosi dan storytelling merek
- Email marketing, SEO, dan content marketing
Singkatnya, kalau Humas membangun kredibilitas, Marcom membentuk persepsi dan mendorong aksi (pembelian, partisipasi, dan loyalitas).
Perbedaan Humas dan Marcom dalam Praktik
Mari kita lihat ilustrasi berikut:
Skenario: Sebuah brand minuman lokal akan meluncurkan produk varian baru berbasis tanaman herbal.
- Tim Marcom merancang kampanye digital bertema “Segarnya Alam Indonesia”, lengkap dengan iklan Instagram, kolaborasi dengan food influencer, dan giveaway
- Tim Humas menyiapkan siaran pers untuk media nasional, mengundang wartawan untuk press briefing, dan menyiapkan FAQ jika muncul kontroversi soal keamanan bahan herbal.
Dua peran, satu tujuan bersama: kampanye sukses, citra brand terjaga, dan konsumen merespons positif.
Kenapa Keduanya Harus Saling Mendukung?
Dalam realitas bisnis, Humas dan Marcom tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Justru kekuatan mereka terletak pada kolaborasi.
Ketika Marcom menyuarakan brand melalui berbagai platform pemasaran, Humas menjaga integritas dan konsistensi pesan tersebut. Di sisi lain, ketika Humas menghadapi krisis, Marcom dapat membantu menyebarkan pesan pemulihan secara kreatif dan empatik.
Studi Kasus Nyata:
Kasus: Sebuah startup teknologi mengalami kebocoran data pengguna.
- Humas langsung membuat pernyataan resmi, menjalin komunikasi terbuka dengan media, dan menenangkan publik lewat
- Marcom menyesuaikan konten kampanye agar lebih edukatif dan menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan—tanpa terkesan
Tantangan Peluang di Era Digital
Teknologi digital telah mengubah wajah komunikasi:
- Humas kini tidak bisa bergantung hanya pada media Mereka harus aktif di media sosial, platform digital, hingga live interaction.
- Marcom dituntut untuk lebih dari sekadar Konsumen butuh cerita, makna, dan koneksi emosional.
Beberapa tren yang relevan di 2025 ini antara lain:
- PR berbasis data: Menganalisis sentimen publik secara real-time.
- AI s Automation: Chatbot untuk komunikasi publik dan kampanye
- Influencer Relations: Baik PR maupun Marcom kini merangkul KOL sebagai jembatan
- Authentic Storytelling: Konten yang jujur dan punya nilai humanis jauh lebih
Saatnya Bangun Sinergi, Bukan Sekat
Jika kamu seorang praktisi komunikasi, pemilik bisnis, atau mahasiswa yang sedang menekuni bidang ini, ingatlah satu hal penting: Humas dan Marcom bukan dua kubu yang saling bersaing.
Mereka adalah dua sayap yang bisa membawa brand atau organisasi terbang lebih tinggi. Satu membangun landasan kepercayaan, satunya lagi menciptakan sayap untuk menjangkau lebih banyak orang.
Jadi, daripada mempertanyakan “mana yang lebih penting?”, lebih baik bertanya: “Bagaimana kita bisa menyatukan kekuatan keduanya untuk membangun komunikasi yang lebih efektif, etis, dan berdampak?”
Sumber : https://drive.google.com/drive/folders/1cdlDmdCAU7LAfq0_a3I5MTv0ewF8p_dV