3 Film yang Menjadi Simbol Perlawanan terhadap Kekuasaan

Last Updated: 20 Agustus 2025By Tags: , ,

Di balik kemasan fiksi dan aksi menegangkan, sejumlah film ternyata mampu menyuarakan kritik sosial yang tajam terhadap sistem negara yang opresif. Bagi generasi muda yang semakin sadar akan ketidakadilan dan penindasan, film bukan lagi sekadar hiburan, melainkan medium untuk membangkitkan kesadaran kolektif. Beberapa di antaranya bahkan telah menjelma menjadi simbol global perlawanan terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang.

Salah satu film paling ikonik adalah V for Vendetta (2005). Berlatar Inggris masa depan di bawah kendali rezim totaliter Norsefire, film ini menyoroti sosok misterius bertopeng Guy Fawkes yang menamakan dirinya V. Melalui aksi-aksi simbolik dan pidato yang menggugah, V menantang otoritas negara dengan menyebarkan ide kebebasan dan perlawanan terhadap tirani. Topeng yang ia kenakan kini telah menjadi ikon perlawanan global, digunakan dalam berbagai gerakan sosial seperti Anonymous dan Occupy.

Kemudian ada The Hunger Games (2012–2023), sebuah kisah distopia yang pada awalnya terlihat seperti film remaja, namun menyimpan kritik mendalam terhadap kesenjangan kelas dan kekuasaan media. Dalam dunia fiktif Panem, rakyat dari distrik-distrik miskin dipaksa mengirim anak-anak mereka untuk bertarung dalam arena maut sebagai tontonan bagi kalangan elite Capitol. Katniss Everdeen, tokoh utama, menjadi simbol revolusi setelah secara tidak langsung menantang sistem yang menindas. Simbol burung Mockingjay yang ia bawa menjadi lambang harapan bagi rakyat yang terpinggirkan.

Sementara itu, Children of Men (2006) menghadirkan dunia suram tahun 2027, saat umat manusia menghadapi krisis infertilitas global. Di tengah kekacauan, Inggris menjadi negara “stabil” namun menjalankan kebijakan anti-imigran yang brutal. Fokus cerita ada pada Kee, satu-satunya perempuan yang hamil dalam dua dekade, dan Theo, pria sinis yang berusaha melindunginya. Bayi yang dikandung Kee menjadi simbol harapan bagi masa depan umat manusia, sementara perjuangan mereka menggambarkan bentuk perlawanan paling manusiawi terhadap negara yang kehilangan nurani.

Ketiga film ini menunjukkan bahwa perlawanan tidak selalu berbentuk kekerasan atau revolusi bersenjata. Kadang, sebuah ide, sebuah simbol, atau secercah harapan sudah cukup untuk mengguncang sistem. Dari layar lebar, karya-karya ini mengajak penontonnya untuk tidak diam—untuk berani berpikir kritis dan, jika perlu, melawan ketidakadilan yang dilembagakan.

Sumber: Suara News

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com

Leave A Comment