Transformasi Ciliwung: Dari Rawa Kumuh Menjadi Destinasi Wisata

Last Updated: 2 Oktober 2025By Tags: , , , ,

Eco Edu Ciliwung menjadi destinasi menarik bagi traveler yang ingin berwisata sekaligus menambah wawasan. Di tempat ini, pengunjung dapat mengikuti berbagai aktivitas seru, mulai dari belajar di sekolah sungai Ciliwung, mencoba berkebun dengan konsep urban farming, mengolah sampah organik, hingga mengikuti pelatihan susur sungai menggunakan perahu.

Menariknya, tidak ada biaya tiket masuk untuk menikmati Eco Edu Wisata Ciliwung karena terbuka untuk semua kalangan. Selain itu, pengunjung juga bisa merasakan pengalaman memetik hasil kebun secara langsung dan membelinya. Bahkan, Masyarakat Pecinta Ciliwung (Mat Peci) menyediakan kompos organik gratis yang dapat dibawa pulang oleh pengunjung. Usman Firdaus, penggagas komunitas Masyarakat Pecinta Ciliwung (Mat Peci), menjelaskan bahwa hasil panen biasanya dibagikan kepada warga sekitar maupun pengelola. Selain itu, ada juga yang datang langsung ke lokasi untuk membeli hasil kebun tersebut. Begitu memasuki pintu gerbang, traveler akan langsung disambut dengan Taman Kasih PKK Edu Wisata Ciliwung. Area ini dilengkapi dengan beragam permainan yang ramah untuk anak-anak. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pada sore hari, sebab saat siang cuaca terasa terik dan taman ini belum memiliki fasilitas atap peneduh.

Selepas melewati Taman Kasih PKK Edu Wisata Ciliwung, pengunjung akan menemukan Sekolah Sungai Ciliwung yang berlokasi berdampingan dengan Kantor Sekretariat Masyarakat Pecinta Ciliwung (Mat Peci).

Tepat di depan sekolah tersebut terdapat Display Edukasi Urban Farming dan Ketahanan Pangan Mandiri. Di area ini, traveler bisa melihat proses pengolahan sampah organik menjadi kompos, koleksi tanaman endemik Jakarta, hingga peternakan bebek, angsa, ayam, dan ikan.

Di sisi area urban farming tersedia lokasi untuk green camp. Namun, berdasarkan pantauan detikTravel, tempat ini belum tampak seperti area perkemahan, melainkan hanya ditandai dengan papan nama saja. Selain itu, terdapat pula green house yang difungsikan untuk budidaya Lalat BSF atau maggot. Maggot ini dihasilkan dari sisa makanan yang membusuk, kemudian dikeringkan hingga berbentuk ulat kecil yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan.

Jika masuk lebih jauh, traveler akan menjumpai kebun urban farming. Di sisi kiri, terdapat lahan sayuran yang ditanami beragam jenis, mulai dari cabai, kangkung, bayam, hingga tomat.

Setelah melewati area perkebunan, traveler dapat menuju ke dermaga untuk mencoba wisata susur sungai dengan perahu. Dalam kegiatan ini, pengunjung diajak berkeliling sejauh 3 km menyusuri aliran Sungai Ciliwung.

Eco Edu Dulu vs Sekarang

Menurut keterangan Tuti, warga Cikoko RT 8, sebelum dibangun Eco Edu Wisata, kawasan tersebut dulunya hanyalah rawa. Ia juga menuturkan bahwa sepanjang jalur Eco Edu Wisata diberlakukan larangan berdagang. Sejak adanya kawasan ini, kondisi Ciliwung menjadi lebih bersih dan nyaman bagi wisatawan.

Namun, aturan tersebut berdampak pada pedagang kaki lima yang biasanya berjualan di sekitar lokasi. Mereka harus berpindah ke luar area Eco Edu Wisata karena tidak diperbolehkan berjualan di dalam kawasan.

“Warung saya sekarang jadi sepi, soalnya posisinya di samping, bukan di dalam, dan memang nggak boleh buka di area utama,” ujar Tuti.

Tips Berkunjung ke Eco Edu Wisata Urban:

  1. Datanglah di akhir pekan jika berkunjung seorang diri.

  2. Jika berasal dari instansi, sebaiknya menghubungi Ketua Masyarakat Pecinta Ciliwung (Mat Peci) terlebih dahulu.

  3. Pilih waktu pagi atau sore hari agar suasana lebih sejuk dan nyaman.

  4. Bawa topi atau payung untuk melindungi diri dari panas matahari.

Eco Edu Wisata Ciliwung menjadi bukti nyata bahwa sungai bukan hanya berfungsi sebagai aliran air, tetapi juga dapat menjadi ruang edukasi, rekreasi, sekaligus pelestarian lingkungan yang memberi manfaat bagi banyak orang.

Sumber: detikTravel

Berita selengkapnya bisa anda lihat di aruna9news.com

Leave A Comment