6 “Diet Ekstrem yang Merugikan: Dampak Jangka Panjang pada Kesehatan Fisik dan Mental”

Last Updated: 6 Oktober 2025By Tags: , , ,

USAHA untuk menurunkan berat badan sering mendorong seseorang mencoba pola makan yang ekstrem. Namun, diet yang sangat ketat dan membatasi nutrisi ini bukannya menyehatkan, justru berpotensi menimbulkan masalah serius bagi tubuh dalam jangka panjang. Tubuh akan kekurangan banyak nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi optimal, seperti protein, zat besi, vitamin B12, kalsium, dan vitamin D.

 

Berikut adalah enam diet ekstrem dan risiko kesehatannya.

 

1. Fruitarian 

Diet ini mengharuskan asupan kalori hanya berasal dari buah mentah. Dampak diet ini pada tubuh adalah risiko malnutrisi yang sangat tinggi karena diet ini terlalu membatasi nutrisi. Tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi kritis seperti protein, lemak sehat, kalsium, vitamin B, dan vitamin B-12, yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti anemia, osteoporosis, dan gangguan kekebalan tubuh. Selain itu, asupan gula buah dalam jumlah besar berpotensi memperburuk kondisi penderita diabetes dan kandungan asam serta gula yang tinggi juga meningkatkan risiko kerusakan gigi.

Sebagai contoh, The Sun  pada 1 Oktober 2025 melaporkan bahwa seorang turis polandia, Karolina Krzyzak, ditemukan meninggal di kamar penginapannya di Bali setelah menjalani diet Frutarian pada Desember 2024. Berat badan perempuan berumur 27 tahun itu hanya sekitar 22 kilogram, kukunya menguning, dan giginya sudah membusuk. Seringkali, di balik kasus kematian yang menyedihkan, ada masalah kesehatan mental atau gangguan makan yang sudah parah karena diet yang terlalu ekstrem.

 

2. Diet Jus (Juice Diets)

Diet ini hanya mengonsumsi jus buah dan sayuran segar selama beberapa hari, sering dipromosikan sebagai metode detoks. Berdasarkan British Heart Foundation, diet ini menyebabkan tubuh mengalami ketidakseimbangan nutrisi. Ini berarti tubuh tidak mendapatkan makronutrien penting, seperti karbohidrat, protein, dan lemak esensial, serta mineral vital seperti kalsium. Penurunan berat badan yang tampak sebenarnya hanyalah kehilangan cairan dan massa otot, bukan lemak. Jika diet ini diterapkan dalam jangka waktu yang lama, risikonya meningkat untuk mengalami anemia dan masalah kesehatan tulang. Secara langsung, efek samping yang umum dirasakan adalah energi rendah, kelelahan, sakit kepala, diare, sembelit, dan bau mulut.

 

3. Diet Paleo Mentah (Raw Paleo Diets)

Diet ini meniru pola makan manusia purba, namun hanya mengizinkan makanan yang tidak dimasak dan mengecualikan biji-bijian, kacang-kacangan, serta produk susu. Menurut British Hearth  Foundation, pola makan ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan gizi yang berpotensi meningkatkan risiko pengeroposan tulang (osteoporosis) karena tubuh kekurangan asupan kalsium. Selain itu mengonsumsi daging mentah meningkatkan risiko tinggi terkena penyakit akibat keracunan makanan. Rendahnya asupan serat juga bisa memicu masalah sembelit. Pola makan yang tinggi protein dan tinggi lemak jenuh ini dapat meningkatkan kolesterol dan membebani ginjal, yang berisiko memicu penyakit ginjal.

 

4. Diet Bebas Gula (Sugar Free Diets)

Diet ini bertujuan menghilangkan semua asupan gula, baik yang ditambahkan maupun yang alami, bahkan kadang termasuk karbohidrat bertepung. Menghilangkan semua karbohidrat adalah hal yang tidak realistis dan tidak sehat, sehingga pelakunya berisiko mengalami anemia, sembelit, kelelahan, dan kekurangan energi. Jika produk susu dihindari tanpa ada pengganti, risiko osteoporosis dapat meningkat. Selain itu, dengan meniadakan buah, tubuh akan kehilangan manfaat kesehatan penting yang terbukti dapat melindungi jantung dan mencegah penyakit kanker.

 

5. Diet Makanan Tunggal (Single Food Diets)

Diet yang sangat ketat ini, yang hanya mengizinkan satu jenis atau satu kelompok makanan. Dampak utamanya adalah diet ini akan gagal menyediakan semua nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Jika diterapkan dalam jangka panjang, risiko anemia dan pengeroposan tulang (osteoporosis) akan meningkat drastis, sementara efek samping umumnya mencakup energi rendah, kelelahan, mudah marah, bau mulut, dan gangguan pencernaan.

 

6. Mengkombinasi Makanan (Food Combining)

Diet ini berfokus pada pemisahan kelompok makanan tertentu, seperti tidak mengombinasikan karbohidrat dengan protein atau daging. Menurut British Heart Foundation, tidak ada bukti bahwa metode ini efektif meningkatkan pencernaan atau membantu penurunan berat badan. Karena pola makan ini sulit diterapkan secara konsisten, pelakunya seringkali kekurangan asupan produk susu, yang berpotensi meningkatkan risiko osteoporosis. Kemudian, diet ini berbahaya bagi penderita diabetes karena memisahkan karbohidrat dari protein dan lemak dapat menyebabkan kadar gula darah naik sangat cepat setelah makan.

 

 

Sumber: antaranews.com

Berita selengkapnya anda bisa akses melalui : aruna9news.com

 

 

 

 

 

Leave A Comment