Jejak Baru Cibuntu: Dari Tanah Rusak Menjadi Surga Wisata

Last Updated: 29 Oktober 2025By Tags: , , ,

Salah satu desa wisata unggulan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, adalah Desa Wisata Cibuntu yang terletak di Kecamatan Pasawahan. Di balik panorama alam yang menawan dan fasilitas wisata yang kini lengkap, ternyata Cibuntu menyimpan kisah kelam di masa lalu — dulunya merupakan desa tertinggal sekaligus lokasi tambang pasir atau galian C.

Kisah ini disampaikan oleh Adang Sukanda, Direktur BUMDes Teja Pundi Kencana Desa Cibuntu. Ia menceritakan bahwa sebelum menjadi desa wisata, Cibuntu termasuk dalam program Inpres Desa Tertinggal (IDT) karena kondisi ekonomi yang lemah dan fasilitas yang terbatas.

“Dulu Cibuntu termasuk desa tertinggal. Perekonomian rendah, banyak warga merantau karena sulit mencari pekerjaan. Di sini juga dulu ada tambang pasir galian C yang justru merusak lingkungan. Warga paling hanya bisa bekerja sebagai tukang parkir truk,” ungkap Adang, Senin (27/10/2025).

Melihat kondisi desa yang memprihatinkan, sejumlah warga Cibuntu yang merantau tergerak untuk berkontribusi membangun kampung halamannya. Mereka kemudian menggagas ide menjadikan Cibuntu sebagai desa wisata agar bisa membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi masyarakat. Sekitar tahun 2011, warga bersama akademisi dari Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta melakukan riset potensi wisata desa. Setelah kajian selesai dan masyarakat menyatakan dukungan, Desa Wisata Cibuntu resmi diluncurkan pada tahun 2012.

Pada awal pembukaannya, Desa Wisata Cibuntu menawarkan berbagai daya tarik seperti agrowisata, kampung domba, panorama alam, kuliner khas, tradisi lokal, permainan tradisional, homestay, hingga area bumi perkemahan.

Seiring berkembangnya wisata, aktivitas tambang pasir yang tidak memberi manfaat bagi warga akhirnya ditutup. Bekas lahan tambang itu kemudian disulap menjadi kawasan wisata alam yang kini memiliki kolam renang, curug, dan area camping. Meski sempat terkendala biaya, dengan dukungan investor dan bantuan CSR, proses penghijauan seluas dua hektar tersebut berhasil diselesaikan.

“Karena dampak tambang terlalu besar, akhirnya kami sepakat untuk menghentikannya. Tahun 2017 lahan bekas tambang kami tata, kami hijaukan kembali. Tantangannya memang di biaya, tapi kami terus berusaha,” jelas Adang.

Perubahan besar ini membawa banyak manfaat bagi warga. Lapangan kerja semakin terbuka, jumlah perantau berkurang, dan perekonomian desa meningkat. Rumah-rumah penduduk kini disulap menjadi homestay sekitar 60 rumah dengan 107 kamar yang seluruhnya dikelola oleh BUMDes. Selain itu, kelompok wanita tani (KWT) juga diberdayakan untuk memproduksi berbagai produk lokal.

Berkat pengelolaan yang baik, pada tahun 2024 BUMDes mampu meningkatkan pendapatan asli desa hingga mencapai Rp70 juta per tahun, serta menyalurkan bantuan sosial bagi warga yang membutuhkan. “Kami juga kelola lahan desa yang dulu tidak produktif agar bisa memberi manfaat bagi masyarakat,” tambahnya.

Kerja keras dan semangat gotong royong masyarakat Cibuntu membuahkan hasil. Desa ini telah meraih berbagai penghargaan, antara lain Juara V Desa Wisata Nusantara 2024, Penghargaan Kalpataru 2023 untuk kategori Pengembangan Jejaring Ekowisata, Desa Wisata Mandiri Inspiratif 2021, serta peringkat 5 Homestay terbaik se-ASEAN pada 2016.

Meski telah meraih banyak prestasi, Adang menegaskan bahwa Cibuntu akan terus berinovasi. Saat ini mereka tengah menggarap perkebunan kopi seluas 3 hektar yang diharapkan dapat dipanen tahun depan.

“Setiap tahun kami ingin ada hal baru. Lahan-lahan yang belum produktif akan kami manfaatkan agar desa ini terus berkembang,” pungkasnya.

sumber: detikJabar

berita selengkapnya bisa anda lihat di aruna9news.com

Leave A Comment