Bukan Hanya DBD, Gigitan Nyamuk Juga Bisa Menyebabkan Penyakit Kaki Gajah dengan Dampak Fisik dan Mental Permanen

Last Updated: 19 November 2025By Tags: ,

Selama ini, masyarakat lebih mengenal demam berdarah dengue (DBD) atau chikungunya sebagai penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Namun, ada satu penyakit lain yang tidak kalah berbahaya dan menimbulkan dampak jangka panjang, yaitu filariasis limfatik atau penyakit kaki gajah. Kondisi ini dapat memicu kerusakan fisik permanen dan gangguan psikologis yang memengaruhi kualitas hidup penderitanya.

Berbeda dengan DBD yang gejalanya muncul dalam waktu singkat, penyakit kaki gajah berkembang perlahan. Kerusakan pada sistem limfatik berlangsung bertahun-tahun hingga akhirnya menyebabkan pembengkakan ekstrem yang mengubah bentuk tubuh secara permanen. Nama “kaki gajah” muncul dari kondisi kaki yang membesar dan kulit yang menebal akibat penumpukan cairan limfa yang tidak mengalir dengan baik.

Filariasis terjadi karena infeksi parasit cacing filaria yang masuk ke tubuh melalui gigitan nyamuk. Cacing mikroskopis ini hidup di sistem limfatik dan dapat bertahan selama bertahun-tahun. Cleveland Clinic menjelaskan bahwa ada tiga jenis cacing utama penyebab filariasis, yaitu Wuchereria bancrofti (menyebabkan mayoritas kasus), Brugia malayi, dan Brugia timori.

Meski tidak semua penderita mengalami gejala berat, infeksi ini tetap dapat melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko infeksi lain. Gejala yang mungkin muncul meliputi:

• Peradangan
Reaksi kekebalan tubuh terhadap parasit dapat menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan pada area yang terinfeksi.

• Limfedema
Penumpukan cairan limfa menyebabkan pembengkakan progresif, terutama pada kaki dan tungkai. Tanpa perawatan, kondisi ini bisa semakin parah.

• Hidrokel
Pada pria, penumpukan cairan dapat terjadi di skrotum, menimbulkan rasa tidak nyaman dan berpotensi mengganggu fungsi reproduksi.

• Edema
Pembengkakan juga dapat muncul di bagian tubuh lain, membuat anggota tubuh terasa berat dan sulit digerakkan.

Jika tidak ditangani, filariasis dapat berkembang menjadi komplikasi yang serius. Menurut Hello Sehat, risiko yang dapat muncul meliputi:

1. Kecacatan Permanen

Pembengkakan ekstrem yang tidak ditangani dapat merusak jaringan tubuh secara permanen dan membatasi kemampuan bergerak.

2. Infeksi Sekunder

Perubahan struktur kulit membuatnya lebih rentan terhadap infeksi bakteri atau jamur, yang dapat memperburuk kondisi.

3. Gangguan Kesehatan Mental

Perubahan fisik drastis sering kali memicu rasa malu, stres, hingga depresi akibat stigma sosial.

Kabar baiknya, filariasis masih bisa diobati. Healthline menyebutkan beberapa metode penanganan, seperti:

  • Pemberian obat antiparasit seperti DEC, mectizan, dan albendazole.

  • Menjaga kebersihan area yang bengkak untuk mencegah infeksi sekunder.

  • Mengangkat bagian tubuh yang bengkak untuk membantu aliran limfa.

  • Merawat luka secara hati-hati agar tidak terjadi komplikasi.

  • Melakukan latihan fisik sesuai arahan tenaga medis.

  • Menjalani operasi pada kondisi ekstrem untuk memperbaiki jaringan yang rusak.

  • Mendapatkan dukungan emosional untuk mengurangi beban psikologis.

Program pencegahan seperti pemberian obat massal di daerah endemik serta pengendalian populasi nyamuk terbukti mampu menekan angka penularan filariasis. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan, memakai kelambu, dan segera memeriksakan diri saat muncul gejala juga sangat penting untuk melindungi diri dari penyakit yang dapat melumpuhkan ini.

Sumber : jawapos

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com

Leave A Comment