Terlalu Banyak Junk Food Bisa Naikkan Risiko Depresi hingga 50 Persen

Last Updated: 27 November 2025By Tags: ,

Sejumlah penelitian kembali menegaskan dampak buruk konsumsi ultra-processed foods (UPF) atau makanan olahan ultra proses terhadap kesehatan. Selain memicu penyakit fisik, pola makan tinggi UPF kini juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko depresi.

Dilansir dari New York Post (25/11/2025), riset terbaru yang dimuat dalam jurnal medis The Lancet menunjukkan bahwa konsumsi UPF berkontribusi terhadap naiknya kasus penyakit kronis. Makanan seperti pizza, ayam goreng tepung, mi instan, keripik, sosis, burger, nugget, donat, dan es krim umumnya mengandung kalori tinggi, lemak jenuh, gula tambahan, dan garam berlebih. Kombinasi ini dapat memicu obesitas, penyakit jantung, stroke, hingga diabetes tipe 2. Para ahli juga memperingatkan bahwa konsumsi UPF dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal, peradangan usus, serta beberapa jenis kanker. Makanan semacam ini kerap dikenal sebagai junk food karena minim manfaat gizi namun tinggi zat aditif.

Risiko Depresi Meningkat hingga 50 Persen

Dampak UPF terhadap kesehatan mental kini semakin banyak diteliti. Sebuah studi di Pakistan yang terbit dalam European Medical Journal Gastroenterology mengungkapkan bahwa konsumsi junk food dapat meningkatkan risiko depresi sebesar 20 hingga 50 persen. Dalam penelitian tersebut, depresi ditandai dengan menurunnya minat beraktivitas serta munculnya perasaan sedih atau putus asa pada individu yang sering mengonsumsi makanan ultra proses.

“Hubungan ini tetap kuat meski berbagai faktor pembaur telah disesuaikan,” tulis para peneliti. Temuan ini berasal dari tinjauan sembilan studi dengan total peserta lebih dari 79.700 orang.

Para peneliti menyebutkan beberapa mekanisme yang mendasari hubungan ini. UPF dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang berdampak pada suasana hati, serta mengganggu keseimbangan hormon stres. Selain itu, makanan ultra proses cenderung miskin nutrisi penting seperti vitamin B, vitamin D, magnesium, dan omega-3 nutrisi yang berperan penting dalam kesehatan otak. Faktor lain yang disorot adalah hubungan antara kesehatan usus dan fungsi otak.

“Penelitian menunjukkan bahwa mikrobiota usus pada penderita depresi berbeda signifikan dari individu sehat,” tulis para peneliti. Bakteri usus diketahui berinteraksi dengan sistem saraf dan memengaruhi kondisi mental melalui produksi serotonin, dopamin, dan GABA.

Sulit Dihindari, Tapi Masih Bisa Diminimalkan

Meski risikonya jelas, mengurangi konsumsi UPF tidak selalu mudah. Di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, makanan ultra proses menyumbang sekitar 55 persen total asupan kalori harian warga.

Dr. Eva Selhub dari Harvard Health Publishing menyarankan pola makan “bersih” selama dua sampai tiga minggu dengan menghindari gula tambahan dan makanan olahan. “Pada dasarnya, jika makanan itu datang dalam kemasan kotak atau kantong, sebaiknya dihindari dulu,” ujarnya.

Setelah periode tersebut, makanan dapat dikenalkan kembali secara bertahap untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh maupun suasana hati. Temuan ini sekaligus mengingatkan pentingnya pola makan seimbang, tidak hanya demi kesehatan fisik, tetapi juga untuk menjaga kesejahteraan mental.

Sumber: Detikhealth

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com

Leave A Comment