Lenacapavir: Terobosan Baru Obat Pencegahan HIV dengan Suntikan Dua Kali Setahun Harapan Baru Menuju Indonesia Bebas AIDS 2030

Last Updated: 1 Desember 2025By

Esaunggul.ac.id, Dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Desember, Universitas Esa Unggul melalui akademisi dan pakar Mikrobiologi, Prof. Maksum Radji memberikan pandangan dan informasi ilmiah terkini terkait perkembangan penanganan HIV/AIDS di dunia dan Indonesia. Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun ini mengangkat tema global “Overcoming Disruption, Transforming the AIDS Response” dan tema nasional “Bersama Hadapi Perubahan, Jaga Keberlanjutan Layanan HIV.”

Hari AIDS Sedunia telah diperingati selama 37 tahun sejak pertama kali dideklarasikan pada tahun 1988 oleh Dr. Jonathan Mann, Direktur Program AIDS WHO, sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran global, menekan stigma, serta memperkuat upaya pencegahan dan pengobatan HIV.

Situasi HIV/AIDS Global dan Indonesia

Data UNAIDS terbaru (November 2025) menunjukkan bahwa epidemi HIV masih menjadi tantangan global.

Secara global tercatat:

  • 40,8 juta orang hidup dengan HIV

  • 1,3 juta infeksi baru sepanjang 2024

  • 9,2 juta orang belum memiliki akses pengobatan

Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat:

  • 564.000 orang hidup dengan HIV/AIDS (perkiraan 2025)

  • 356.638 kasus terlapor hingga Maret 2025 (63% dari estimasi total)

  • 67% telah menjalani terapi antiretroviral (ARV)

  • 55% menunjukkan viral load terkontrol

Tren penemuan kasus baru masih meningkat, menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan, deteksi dini, dan inovasi dalam strategi pencegahan.

Pandangan Akademisi Universitas Esa Unggul

Guru Besar Mikrobiologi Universitas Esa Unggul, Prof. Maksum Radji, menegaskan bahwa HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) apabila tidak ditangani.

“AIDS adalah kondisi ketika sistem imun sudah sangat melemah sehingga tubuh rentan terhadap infeksi oportunistik dari bakteri ataupun jamur. Meski terapi antiretroviral telah membantu menekan perkembangan virus, hingga saat ini HIV belum dapat disembuhkan secara total,” jelas Prof. Maksum.

Prof. Maksum juga menyoroti sejarah penemuan HIV oleh ilmuwan Prancis Françoise Barré-Sinoussi dan Luc Montagnier pada 1983, sebuah kerja ilmiah yang kemudian dianugerahi Nobel pada tahun 2008.

Lenacapavir: Harapan Baru Pencegahan HIV

Perkembangan paling menjanjikan datang dari disetujuinya lenacapavir oleh FDA Amerika Serikat sebagai obat pencegahan HIV generasi terbaru.

Obat ini bekerja dengan cara:

  • Memblokir kapsid virus HIV

  • Mencegah virus memasuki sel tubuh

  • Menghambat pembentukan partikel virus baru

Keunggulan utama lenacapavir:

  • Efektivitas sangat tinggi (lebih dari 99,9% peserta uji coba tetap negatif)

  • Pemberian hanya dua kali dalam setahun

  • Telah direkomendasikan oleh FDA, EMA, dan WHO

Namun, hingga saat ini, lenacapavir belum tersedia di Indonesia. Hal ini menjadi perhatian penting dalam upaya mencapai target Indonesia bebas AIDS 2030.

Masa Depan Terapi HIV: CRISPR-Cas9

Selain lenacapavir, riset global kini mulai fokus pada terapi genetik menggunakan teknologi CRISPR-Cas9, atau dikenal sebagai “gunting genetik”. Teknologi ini memungkinkan pemotongan materi genetik HIV di dalam sel, membuka peluang menuju terapi kuratif permanen di masa depan.

Komitmen Menuju Indonesia Bebas AIDS 2030

Untuk mempercepat penanganan HIV di Indonesia, diperlukan langkah strategis melalui:

  • Akses yang lebih luas terhadap obat dan inovasi medis terbaru

  • Sistem layanan kesehatan yang inklusif dan bebas stigma

  • Edukasi berkelanjutan bagi masyarakat

  • Kolaborasi multipihak, termasuk akademisi, pemerintah, tenaga kesehatan, industri farmasi, hingga komunitas

“Peringatan Hari AIDS Sedunia bukan sekadar seremoni, tetapi momen untuk memperkuat komitmen kolektif. Dengan ilmu pengetahuan, inovasi obat, serta dukungan kebijakan yang berkelanjutan, kita memiliki peluang besar untuk mengakhiri epidemi HIV,” tutup Prof. Maksum.

Dalam kesempatan ini, Rektor Universitas Esa Unggul, Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, ST, MBA, IPU, ASEAN Eng., menyampaikan komitmennya:

“Sebagai institusi pendidikan tinggi, kami percaya bahwa ilmu pengetahuan, inovasi, dan edukasi publik adalah kunci dalam menekan penyebaran HIV. Universitas Esa Unggul berkomitmen menjadi bagian dari solusi melalui penelitian, kolaborasi, dan penyadaran masyarakat,” tegasnya.

Rektor kembali menegaskan peran moral dan kemanusiaan dalam upaya penanganan HIV/AIDS di Indonesia.

“Isu HIV bukan hanya persoalan medis, tetapi juga persoalan kemanusiaan. Tidak boleh ada stigma, diskriminasi, atau penghalang layanan kesehatan yang membuat seseorang takut untuk memeriksakan diri atau mencari pengobatan. Kita harus berdiri bersama—mendukung, bukan menghakimi,” ujarnya.

Universitas Esa Unggul berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam bidang riset kesehatan, edukasi publik, serta kolaborasi dengan lembaga nasional maupun internasional dalam mendukung upaya pengendalian HIV/AIDS di Indonesia. Melalui pendidikan, inovasi, dan penelitian terapan, UEU berharap dapat menjadi bagian dari solusi menuju Indonesia yang lebih sehat dan bebas AIDS pada tahun 2030.

Universitas Esa Unggul Merupakan World Class University

Universitas Esa Unggul adalah Perguruan Tinggi Swasta terkemuka dan menjadi salah satu Universitas Swasta terbaik di Indonesia yang memiliki VISI, yaitu Menjadi perguruan tinggi kelas dunia berbasis intelektualitas, kreatifitas dan kewirausahaan yang unggul dalam mutu pengelolaan (proses) dan hasil (output) kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dan memiliki MISI: Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan relevan, Menciptakan suasana akademik yang kondusif, Menciptakan pemimpin yang berkarakter dan berdaya saing tinggi.

Universitas Esa Unggul memiliki 10 fakultas yakni, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, Fakultas Desain & Industri Kreatif, Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Fakultas Fisioterapi, Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan, dan ditambah Program peminatan Digital Content Creation. Esa Unggul memiliki program pembelajaran kelas Reguler, Kelas Karyawan dan Program Pendidikan Jarak Jauh.

Universitas Esa Unggul terakreditasi unggul berdasarkan SK BAN PT: 2041/SK/BAN-PT/Ak/PT/XI/2024. Universitas Esa Unggul juga meraih peringkat :

  • 3 PTS Terbaik Se-Jakarta
  • 15 PTS Terbaik Se-Indonesia
  • 46 PTN & PTS Terbaik Se-Nasional (Berdasarkan Pemeringkatan UniRank / 4ICU 2025)

Hanya Universitas Esa Unggul satu-satunya kampus di Indonesia yang mendapatkan dukungan dan kerjasama dari Arizona State University (ASU) untuk Arizona State University (ASU) mendukung UEU dalam mewujudkan visinya untuk menjadi world class university, serta menyediakan pendidikan berkualitas bagi mahasiswa di seluruh Indonesia. Dengan semangat “unggul dan berdampak,” Universitas Esa Unggul terus melangkah maju dalam menghasilkan lulusan yang profesional, berintegritas, dan siap menjawab tantangan dunia di masa kini dan masa depan.

Berita selengkapnya dapat Anda akses melalui esaunggul.ac.id – aruna9news.com

Leave A Comment