Potret Pulau Tidung Kecil, Benteng Kelestarian Laut di Kepulauan Seribu

Ingin liburan akhir pekan tanpa harus jauh-jauh dari Jakarta? Pulau Tidung di Kepulauan Seribu bisa jadi pilihan tepat. Dari Dermaga Marina Ancol, perjalanan ke Pulau Tidung Kecil hanya memakan waktu sekitar satu jam. Kapal berangkat pukul 08.30 WIB dan tiba sekitar pukul 09.30 WIB. Setibanya di lokasi, pengunjung langsung disuguhi pemandangan area konservasi laut yang tersusun rapi.
Pulau Tidung Kecil dan Pulau Tidung Besar dihubungkan oleh Jembatan Cinta, ikon wisata yang populer di Kepulauan Seribu. Pulau Tidung Kecil difokuskan sebagai pusat konservasi biota laut, seperti ikan nemo, kuda laut, dan penyu. Di pulau ini juga terdapat Museum Ikan Paus, area pembibitan mangrove, dan penangkaran penyu.
Berbeda dengan itu, Pulau Tidung Besar merupakan kawasan permukiman penduduk dan telah dilengkapi berbagai fasilitas, seperti sekolah, dermaga, resort, rumah ibadah, ATM, hingga toko kelontong yang mendukung pembayaran QRIS.
“Semua bibit mangrove untuk wilayah Jakarta maupun Kepulauan Seribu diambil dari Pulau Tidung Kecil,” ujar Ubay, teknisi ekosistem Pulau Tidung Kecil, Jumat (28/11/2025).
Pulau Tidung berada dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Penduduknya berasal dari berbagai daerah—Bugis, Mandar, Kalimantan, Sumatera, Sumbawa, hingga Banten—sehingga tidak ada bahasa lokal khusus. Warga umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
Di pulau ini terdapat dua jenis penyu yang ditangkar, yaitu penyu hijau dan penyu sisik. Seluruh penyu yang ada sedang menjalani masa karantina karena kondisi kesehatan mereka terganggu, banyak yang terluka akibat jaring atau menelan ubur-ubur yang tercemar plastik.
“Semua penyu di sini masih sakit. Kalau kondisi sudah pulih, barulah akan kami lepaskan,” jelas Ubay.
Tukik dirawat selama maksimal tiga bulan untuk memastikan kondisi fisiknya stabil sebelum dilepas kembali ke laut. Namun waktu perawatan tidak boleh terlalu lama agar mereka tidak terlalu bergantung pada manusia.
Museum Ikan Paus Pulau Tidung
Di museum ini tersimpan kerangka anak paus seberat delapan ton yang ditemukan di perairan Tanjung Pakis, Karawang, pada 2012. Tulang paus tersebut sebelumnya dipendam selama dua tahun di Pulau Kotok untuk menghilangkan minyak dan bau menyengat sebelum akhirnya dipindahkan ke museum.
“Dulu tidak bisa langsung dipajang karena masih berminyak dan baunya sangat kuat. Kalau menempel di baju, bajunya tidak bisa dipakai lagi,” kenang Ubay.
Perawatan kerangka dilakukan dua kali setahun menggunakan resin untuk mencegah kerusakan dan serangan semut. Ruangan sebenarnya idealnya menggunakan AC agar suhu tetap stabil.
Budidaya Ikan Nemo dan Kuda Laut
Area budidaya ikan nemo dan kuda laut bersifat tertutup. Hanya pengunjung yang datang untuk penelitian atau kegiatan akademis yang diizinkan masuk.
“Untuk budidaya nemo biasanya hanya menerima mahasiswa atau peneliti. Kalau hanya untuk foto-foto tidak diperbolehkan,” kata Ubay.
Hasil perkembangbiakan nemo dan kuda laut di penangkaran tidak bisa dilepas ke alam liar karena secara biologis tidak stabil. Populasi budidaya hanya dipertahankan untuk kebutuhan konservasi internal.
Bagi wisatawan yang ingin berlibur sambil belajar tentang ekosistem laut, Pulau Tidung Kecil menawarkan pengalaman yang bukan hanya menyenangkan, tetapi juga memberikan pemahaman lebih dalam tentang pentingnya menjaga kelestarian laut.
sumber: detikTravel
berita selengkapnya bisa anda lihat di aruna9news.com











