Kampung yang Hilang, Rumah-rumah Tersapu Banjir Bandang di Aceh

Empat kampung di Aceh lenyap dibawa banjir bandang. Tidak ada yang tersisa rumah, barang berharga, hingga tempat berlindung hilang seketika. Di Desa Bunin, Kecamatan Serbajadi, Aceh Timur, 83 rumah warga rata dengan tanah setelah diterjang banjir besar.
Bukhari Muslim, salah satu warga Bunin, hanya bisa menatap lahan kosong yang sebelumnya dipenuhi rumah-rumah warga. Kini, yang tersisa hanyalah puing dan tanah berlumpur. Menurutnya, banjir bandang yang terjadi pada Rabu, 26 November 2025, datang dengan kecepatan tak terduga, membawa lumpur, kayu, dan bebatuan besar yang merobohkan semua bangunan di jalurnya.
“Bunyinya seperti gemuruh dari gunung, lalu air besar datang membawa kayu-kayu besar. Kami langsung lari tanpa sempat menyelamatkan apa pun,” ujarnya seperti dikutip Antara, Selasa (2/12/2025).
Dari seluruh rumah di kampung itu, hanya 13 yang masih berdiri—namun kondisinya rusak berat. Banyak warga kini kelaparan, tidur di pinggir jalan, dan tidak memiliki biaya untuk berobat.
Kisah tentang lenyapnya rumah warga membuat Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, tak kuasa menahan tangis. Ia menyebut bencana banjir bandang dan longsor ini sebagai “tsunami kedua” karena dahsyatnya membawa empat kampung hilang tanpa jejak.
Empat kampung itu berada di wilayah Sawang dan Jambo Aye di Aceh Utara, serta Peusangan di Bireuen. Menurut Muzakir, malam ketika bencana terjadi, kampung-kampung tersebut seolah raib begitu saja.
Ia menekankan pentingnya mempercepat pembukaan akses darat agar bantuan bisa segera menjangkau desa-desa yang masih terisolasi. “Tugas kami adalah memastikan warga terdampak benar-benar mendapatkan bantuan,” katanya.
Kepala BPBD Aceh Timur, Ashadi, menyampaikan bahwa pendataan kerusakan masih berlangsung, terutama di daerah pedalaman. Banyak akses jalan terputus, jembatan rusak, dan genangan air belum surut sehingga menyulitkan petugas mencapai lokasi.
Kerusakan rumah tidak hanya terjadi di Serbajadi, tetapi juga tersebar di Idi Rayeuk, Darul Ihsan, Pereulak Timur, Pereulak, Bireum Bayeun, Banda Alam, Julok, Madat, dan Simpang Ulim. Hingga kini tercatat lima rumah rusak berat, empat rusak sedang, dan 15 rusak ringan. Sementara itu, petugas terus menyalurkan bantuan, mengevakuasi warga yang terjebak, dan menangani bencana yang melanda 18 kabupaten/kota di Aceh.
Posko Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh mencatat hingga Senin (1/12/2025) malam, jumlah korban jiwa mencapai 173 orang. Sejak bencana besar ini terjadi pada 18 November 2025, dampaknya dirasakan oleh warga di 226 kecamatan dan 3.310 gampong (desa).
Total warga terdampak mencapai 214.382 KK atau 1.418.872 jiwa. Dari jumlah tersebut, 97.305 KK atau 443.001 jiwa terpaksa mengungsi ke 828 titik. Selain korban meninggal, 1.435 orang mengalami luka ringan, 403 luka berat, dan 204 masih hilang.
Kerusakan fasilitas umum juga sangat besar:
-
138 kantor,
-
51 tempat ibadah,
-
201 sekolah,
-
4 pondok pesantren,
-
302 titik jalan,
-
152 titik jembatan.
Kerugian materi pun tak kalah besar, termasuk 77.049 rumah terdampak, 182 ternak hilang, serta 139.444 hektare sawah dan 12.012 hektare kebun rusak.
Tim gabungan kini fokus pada tiga misi utama: evakuasi warga terisolasi, distribusi logistik, dan pemulihan akses darat, yang ditargetkan berlangsung selama masa tanggap darurat 14 hari.
Sumber: Liputan6
berita selengkapnya anda bisa akses melalui :aruna9news.com











