Mendaki Gunung Gede? Jangan Berani Sebelum Tahu Risiko Ini!

Last Updated: 26 Maret 2025By Tags: , ,

Mendaki bukan sekadar mencapai puncak, tetapi juga menikmati perjalanan dengan aman dan bertanggung jawab.

Gunung Gede: Keindahan yang Menantang, Namun Penuh Risiko

Gunung Gede, yang berlokasi di Jawa Barat dan merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), menjadi salah satu tujuan favorit para pendaki di Indonesia. Dengan ketinggian mencapai 2.958 mdpl, gunung ini menyuguhkan panorama alam yang luar biasa, mulai dari hutan tropis yang lebat, air terjun yang menawan, hingga pemandangan matahari terbit yang spektakuler dari puncaknya.

Namun, tahukah kamu bahwa gunung ini juga memiliki berbagai ancaman yang bisa berbahaya bagi nyawa? Cuaca ekstrem, jalur yang licin, serta risiko longsor merupakan beberapa tantangan yang bisa muncul kapan saja. Tanpa persiapan dan pemahaman yang memadai, mendaki Gunung Gede bisa berubah menjadi pengalaman yang berbahaya.

Berbagai penelitian telah mengungkap tantangan dan risiko yang dihadapi para pendaki di Gunung Gede. Studi oleh Sugianto et al. (2021) dalam Jurnal Ilmu Lingkungan menunjukkan bahwa perubahan iklim berdampak signifikan terhadap kawasan ini, khususnya dengan meningkatnya curah hujan ekstrem yang meningkatkan risiko longsor dan membuat jalur pendakian semakin licin. Oleh karena itu, penelitian ini menekankan perlunya pemantauan cuaca yang lebih ketat serta perbaikan infrastruktur pendakian untuk meminimalkan kecelakaan.

Selain itu, laporan dari TNGGP (2020) mencatat bahwa lebih dari 60% kecelakaan di Gunung Gede disebabkan oleh kurangnya persiapan pendaki. Banyak pendaki tidak membawa perlengkapan yang memadai atau mengabaikan informasi cuaca sebelum memulai perjalanan. Studi ini menggarisbawahi pentingnya edukasi pendaki sebelum memulai perjalanan, termasuk pemberian briefing wajib mengenai navigasi dan prosedur keselamatan.

Sementara itu, penelitian oleh Siregar (2019) dalam Jurnal Pariwisata Berkelanjutan menyoroti dampak pariwisata terhadap ekosistem Gunung Gede. Meskipun aturan ketat telah diberlakukan, masalah sampah dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas pendaki masih menjadi perhatian utama. Studi ini merekomendasikan penegakan sanksi yang lebih ketat serta peningkatan pengawasan di jalur pendakian guna menjaga kelestarian alam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanpa pengelolaan risiko yang baik, Gunung Gede bisa menjadi lokasi yang berbahaya, baik bagi keselamatan pendaki maupun bagi kelestarian lingkungan.


Bahaya yang Mengintai di Gunung Gede

Sebagai bagian dari gunung berapi aktif, Gunung Gede memiliki kondisi alam yang dinamis dan penuh tantangan. Beberapa risiko utama yang sering dihadapi pendaki meliputi:

  1. Perubahan Cuaca yang Cepat
    Cuaca di Gunung Gede bisa berubah secara tiba-tiba. Meski pagi hari terlihat cerah, dalam hitungan jam kabut tebal bisa mengurangi jarak pandang, hujan deras membuat jalur menjadi licin, dan suhu yang turun drastis dapat menyebabkan hipotermia jika pendaki tidak mengenakan pakaian yang sesuai.

  2. Jalur Licin dan Medan Terjal
    Gunung Gede memiliki jalur pendakian yang bervariasi, dari yang landai hingga curam. Beberapa jalur, seperti Cibodas, Gunung Putri, dan Selabintana, terkenal licin, terutama setelah hujan. Kurangnya kewaspadaan bisa menyebabkan pendaki tergelincir dan mengalami cedera.

  3. Ancaman Longsor dan Gempa Bumi
    Terletak di kawasan rawan bencana geologi, Gunung Gede berisiko mengalami longsor, terutama saat musim hujan. Selain itu, karena termasuk dalam Cincin Api Pasifik, gunung ini juga berpotensi terdampak gempa bumi, yang dapat mengganggu jalur pendakian dan meningkatkan risiko kecelakaan.

  4. Kerusakan Lingkungan Akibat Pendakian
    Aktivitas pendakian yang tidak bertanggung jawab dapat merusak ekosistem Gunung Gede. Sampah yang ditinggalkan, perusakan jalur pendakian, serta gangguan terhadap flora dan fauna endemik menjadi ancaman serius bagi kelestarian alam di kawasan ini.


Kasus Pendaki Tersesat dan Longsor di Gunung Gede

Pada Desember 2023, sebanyak 13 pendaki dilaporkan tersesat di Gunung Pangrango setelah diduga memasuki jalur ilegal. Tim SAR akhirnya berhasil menemukan mereka dalam kondisi selamat di Blok Pasir, Kabupaten Bogor. Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya mematuhi aturan pendakian dan tetap berada di jalur resmi untuk menghindari risiko tersesat.

Berdasarkan laporan tim SAR, para pendaki tersebut tidak membawa perlengkapan navigasi yang cukup dan mengalami kekurangan perbekalan, sehingga kondisi fisik mereka melemah saat ditemukan. Kejadian serupa bukanlah yang pertama terjadi di kawasan Gunung Gede Pangrango. Banyak kasus tersesat terjadi akibat pendaki yang meremehkan medan atau mencoba jalur alternatif tanpa izin.

Data dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) menunjukkan bahwa insiden pendaki tersesat meningkat pada musim hujan, ketika kabut tebal dan hujan deras membuat jalur pendakian sulit dikenali.

Sementara itu, pada November 2022, gempa bumi yang mengguncang Cianjur menyebabkan retakan dan longsor kecil di jalur pendakian Gunung Gede, khususnya di jalur Gunung Putri dan Cibodas. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, longsoran tersebut sempat menghambat pendakian dan menyulitkan evakuasi bagi beberapa pendaki yang sudah berada di perjalanan.


Dengan berbagai risiko yang ada, pendakian di Gunung Gede harus dilakukan dengan persiapan yang matang dan penuh tanggung jawab. Memahami potensi bahaya, membawa perlengkapan yang sesuai, serta menjaga kelestarian lingkungan adalah langkah penting agar perjalanan mendaki tetap aman dan menyenangkan.

Sumber : kumparan.com

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com

Leave A Comment