Anak Muda Ramai-ramai Ikut Tren Lari karena Takut Ketinggalan Zaman (FOMO)

Last Updated: 19 Mei 2025By Tags: ,

Belakangan ini, gaya hidup baru sedang menjamur di kalangan anak muda, yakni kebiasaan berlari sebagai bentuk olahraga harian. Fenomena ini muncul karena banyak anak muda zaman sekarang tak ingin tertinggal tren alias FOMO (Fear Of Missing Out). Menariknya, FOMO yang satu ini bisa dibilang positif, karena berkaitan dengan pola hidup sehat dan kebiasaan berolahraga.

Tren lari ini mulai berkembang saat pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020. Saat itu, aktivitas dalam ruangan bersama banyak orang menjadi terbatas, sehingga masyarakat beralih ke kegiatan yang bisa dilakukan sendiri di luar ruangan. Pandemi membuat banyak orang sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh, yang kemudian mendorong lahirnya tren olahraga lari.

Lari menjadi pilihan favorit karena tidak membutuhkan biaya besar—cukup sepatu olahraga dan niat yang kuat. Meski terkesan simpel, lari juga punya aturan yang perlu dipahami. Beberapa manfaat dari olahraga ini antara lain adalah memperkuat tulang, meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki kualitas tidur, mencegah penyakit jantung, serta membantu menurunkan berat badan.

Namun, penting untuk memahami kondisi tubuh sebelum mulai berlari, terutama bagi yang memiliki kelebihan berat badan. Menurut dr. Tirta dalam sebuah podcast, orang dengan obesitas sebaiknya tidak langsung melakukan lari atau aktivitas yang terlalu berat seperti melompat, karena dapat merusak bantalan lutut. Cukup berjalan kaki 5.000 langkah per hari sudah cukup sebagai langkah awal.

Ia juga mengingatkan bahwa banyak orang yang ikut-ikutan tren lari ingin langsung menempuh jarak jauh tanpa melihat kesiapan tubuh masing-masing. Padahal, jika tubuh tidak terbiasa dengan aktivitas fisik dan dipaksa bekerja keras secara tiba-tiba, risikonya bisa sangat berbahaya, bahkan sampai memicu serangan jantung.

Selain memperhatikan kondisi tubuh, lari juga harus diimbangi dengan pola makan sehat. Dr. Tirta menyarankan untuk menghindari makanan berminyak, minuman manis dalam kemasan, serta mengontrol asupan kalori. Batas konsumsi gula pun harus diperhatikan—maksimal 36 gram per hari untuk pria dewasa, 25 gram untuk wanita dewasa, dan juga anak-anak usia 2–18 tahun.

Tren ini juga menjadi semakin menarik karena adanya dokumentasi visual. Banyak pelari yang terlihat keren di media sosial berkat foto-foto mereka yang diambil oleh fotografer lepas yang memang sudah siaga di lokasi lari. Foto tersebut bisa dibeli dan diunggah ke akun pribadi, menjadikan kegiatan lari ini tidak hanya sehat, tapi juga estetik dan bahkan menciptakan peluang bisnis baru.

Komunitas lari pun terus berkembang seiring dengan pengaruh dari para influencer kesehatan yang rutin membagikan gaya hidup aktif mereka di media sosial. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya hidup sehat, semakin banyak pula yang terdorong untuk ikut dalam komunitas lari ini.

Jadi, bagaimana dengan kamu? Sudah tertarik untuk ikut lari karena FOMO, atau masih berpikir-pikir dulu?

Sumber : Banyuwangi VIVA

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com

Leave A Comment