Batavia: Dari Jayakarta ke Ibu Kota Kolonial hingga Jakarta Modern
Batavia, yang pernah dikenal sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan Hindia Belanda, menyimpan sejarah panjang berkaitan dengan perkembangan kota yang kini bernama Jakarta. Sejak didirikan pada 30 Mei 1619 di atas reruntuhan Jayakarta, Batavia berkembang menjadi ibu kota kolonial yang menandai hadirnya kekuasaan Belanda lewat VOC
Peran dan Struktur Kota
-
Terletak di pesisir utara Jawa, Batavia dibangun di atas rawa dan perbukitan dengan kanal yang menghubungkan dua wilayah utama: Oud Batavia (kota tua) dan Weltevreden (kota selatan yang lebih tinggi). Struktur pertahanan berupa benteng dan parit mengelilingi kota tua
-
Pada abad ke‑17 hingga awal abad ke‑18, Batavia menjadi pusat perdagangan rempah VOC. Namun, kondisi sanitasi memicu wabah sehingga banyak penduduk pindah ke area selatan, Weltevreden
Peristiwa Berdarah dan Ketegangan Etnis
Pada 9–22 Oktober 1740, Batavia mengalami pogrom besar terhadap etnis Tionghoa, dengan estimasi 10.000 korban tewas akibat ketegangan sosial dan kebijakan VOC di bawah Gubernur‑Jenderal Adriaan Valckenier
Benteng ‘Kastel Batavia’
Benteng utama Batavia—Kastel Batavia—berfungsi sebagai pusat pemerintahan VOC dan kediaman Gubernur‑Jenderal. Benteng ini dibongkar pada 1809 oleh Gubernur‑Jenderal Daendels sebagai bagian dari modernisasi, dan materialnya digunakan untuk membangun infrastruktur baru di Weltevreden
Fasilitas Transportasi Kolonial
-
Stasiun Batavia NIS, salah satu stasiun kereta pertama di Batavia, dibuka tahun 1871 dan melayani jalur ke Buitenzorg (Bogor). Stasiun ini ditutup pada 1929, dan bangunannya kini telah hilang
Dari Batavia Menjadi Jakarta
Selama pendudukan Jepang (1942–1945), kota ini diberi nama Jakarta, yang akhirnya menjadi resmi pasca kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Nama “Batavia” tetap digunakan secara internasional sampai pengakuan kedaulatan pada 1949
Warisan Arsitektur di Kota Tua
Kawasan Kota Tua Jakarta (Oud Batavia) kini menjadi situs warisan sejarah, dideklarasikan sejak 1972. Bangunan bersejarah seperti Museum Fatahillah, Museum Wayang, dan Cafe Batavia (dibangun tahun 1830-an) masih berdiri sebagai saksi bisu era kolonial
Batavia bukan hanya bekas ibu kota kolonial, tetapi juga cerminan dari dinamika sosial, arsitektur, dan ekonomi yang membentuk Jakarta hari ini. Dari kekayaan budaya hingga kesuraman konflik etnis, jejak Batavia masih terlihat jelas—terutama di kawasan Kota Tua yang kini menjadi pusat wisata dan konservasi budaya.
Jika Anda ingin menyelami topik tertentu—misalnya detail penyerbuan Mataram, evolusi stasiun kereta, atau arti nama “Batavia”—saya bisa bantu perinci lebih lanjut!
Baca Selengkapnya Di https://aruna9news.com/