Bukan Sekadar Pedas: Sambal Jadi Tren Kuliner Kekinian di Kalangan Anak Muda

Last Updated: 12 November 2025By Tags: , , ,

Setiap kali berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia, satu hal yang hampir selalu ditemui adalah sambal khas daerah tersebut. Bisa dibilang, tiap daerah punya sambalnya sendiri dengan cita rasa yang unik.
Ambil contoh Bali, yang terkenal dengan sambal matah. Potongan bawang merah, cabai rawit, serai, dan daun jeruk berpadu dengan minyak kelapa serta perasan jeruk limau, menciptakan rasa pedas yang segar sekaligus harum. Sambal ini paling nikmat disantap bersama nasi campur khas Bali.

Setiap kali dinas ke Pulau Dewata, saya tidak pernah melewatkan kesempatan mencari sambal matah di warung-warung lokal. Justru di tempat-tempat sederhana yang jauh dari keramaian turis, cita rasa sambalnya terasa lebih autentik dan nendang.

Berbeda lagi di Tanah Sunda. Di sini, sambal dan lalapan sudah jadi pasangan wajib di meja makan. Bahkan hidangan sederhana seperti nasi dengan ikan asin bisa terasa istimewa kalau ditemani sambal dadak yang dibuat langsung di tempat. Apalagi jika disantap di saung dengan semilir angin dan alunan musik Sunda — sensasinya bikin ketagihan.

Bagi masyarakat Indonesia, sambal jelas lebih dari sekadar pelengkap hidangan. Ia menghadirkan emosi — dari rasa rindu kampung halaman hingga tantangan adrenalin. Sambal bisa memantik nostalgia sekaligus menjadi simbol gaya hidup masa kini.

Sebuah riset dari International Flavors and Fragrances (IFF) mengungkapkan bahwa sambal memiliki makna emosional yang berbeda bagi dua generasi: Milenial dan Gen Z.
Bagi generasi Milenial, sambal menghadirkan rasa akrab dan menenangkan, mengingatkan pada masakan ibu dan kehangatan rumah. “Sambal menciptakan rasa kedekatan yang kami sebut everyday intimacy,” jelas Dessy Arfianni, Sub Regional Leader Indonesia IFF Taste.

Sementara bagi Gen Z, sambal menjadi media ekspresi diri di era digital. Tantangan pedas dianggap sebagai ajang eksistensi dan hiburan. Coba lihat di TikTok atau Instagram — banyak anak muda yang berlomba membuat video mukbang dengan sambal super pedas atau ikut tren Samyang Challenge. Bagi mereka, rasa pedas bukan hanya sensasi di lidah, tapi juga simbol keberanian dan kebersamaan.

Gaya hidup yang terus berubah juga mendorong inovasi di dunia rasa. IFF kini menghadirkan teknologi seperti Flavorfit, yang menjaga cita rasa pedas dan gurih sambal meski dengan kadar garam rendah. Ada juga IFF CURE, solusi rasa berbasis rempah seperti cabai, bawang putih, dan lada hitam dengan pendekatan ramah lingkungan dan efisien.

Melalui riset Panoptic Trend Foresight, IFF menemukan bahwa rasa pedas khas Indonesia membawa lapisan emosi yang kompleks — mulai dari kebanggaan terhadap budaya kuliner lokal hingga perasaan hangat dan bahagia.

Tak mengherankan jika dalam dua tahun terakhir tercatat lebih dari 14,9 juta percakapan online terkait sambal. Angka ini menegaskan betapa kuatnya hubungan emosional masyarakat Indonesia dengan sambal. Bahkan di tingkat Asia Tenggara, Indonesia menjadi pusat inspirasi tren rasa pedas modern.

“Kalau Thailand dikenal dengan bird’s eye chili, maka Indonesia punya sambal yang memadukan warisan kuliner dan inovasi masa kini. Sambal bukan sekadar bumbu, melainkan simbol kebersamaan dan ekspresi budaya,” tutup Dessy.

sumber: detikTravel

berita selengkapnya bisa anda lihat di aruna9news

Leave A Comment