Dari Anak Kampung Tanpa Sepatu hingga Menkopolhukam: Kisah Inspiratif Prof. Yusril Ihza Mahendra di Wisuda Universitas Esa Unggul

Last Updated: 10 Oktober 2025By

Esaunggul.ac.id, Grand Ballroom Hotel Pullman Jakarta Barat dipenuhi haru dan semangat ketika Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH., MSc., Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Permasyarakatan, tampil sebagai pembicara dalam acara wisuda Universitas Esa Unggul. Sosok yang kini menjabat sebagai salah satu menteri penting di kabinet tidak datang dengan retorika politis, melainkan dengan kisah hidup yang menyentuh hati dan membakar semangat para wisudawan.

Pesan Kebangsaan di Era Globalisasi

Membuka sambutannya, Prof. Yusril menyampaikan pesan kebangsaan yang sangat relevan di tengah arus globalisasi.

“Dunia semakin global, batas-batas negara makin rengang. Kita dapat bekerja di mana saja—silakan—tetapi selamanya tetaplah ingat bahwa kita adalah orang Indonesia. Nasionalisme harus tetap ada. Kita berada di era globalisasi dengan tatanan baru,” tegasnya dengan penuh wibawa.

Pesan ini bukan sekadar kata-kata kosong. Yusril kemudian membawa para wisudawan menyelami perjalanan hidupnya yang penuh liku, membuktikan bahwa cinta tanah air dan kerja keras adalah kunci kesuksesan sejati.

Sepatu Putih dari Empat Ekor Ayam

Kisah yang paling menggetarkan dimulai ketika Yusril bercerita tentang masa kecilnya di Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

“Saya tumbuh tanpa sepatu. Jari-jari kaki saya jarang-jarang karena tidak pernah terbiasa menggunakan alas kaki,” ungkap Yusril dengan tulus.

Barulah saat lulus SD, ibunya membelikan sepatu putih pertamanya—hasil dari penjualan empat ekor ayam. Sepatu yang begitu berharga itu terus dipakainya hingga SMP, bahkan sampai kakinya melepuh karena belum terbiasa. “Itulah gambaran betapa susahnya hidup kami dulu,” kenangnya.

Ayah Yusril adalah lulusan HBS (Hollandsch-Inlandsche School) yang bercita-cita kuliah di fakultas hukum, namun tidak dapat menyelesaikan pendidikannya. Akhirnya, sang ayah menjadi Kepala KUA, mengabdi dengan sederhana untuk menghidupi keluarga.

Tumbuh di Tengah Kemiskinan dan Ancaman Politik

Belitung, meski telah menjadi lokasi tambang timah sejak 300 tahun silam sejak zaman Belanda, ironisnya masih diliputi kemiskinan. Keluarga Yusril tinggal di tepi pantai, bertetangga dengan keluarga-keluarga pekerja tambang yang banyak terpengaruh ideologi komunis.

“D.N. Aidit, tokoh PKI, adalah teman sekampung saya,” ungkap Yusril.

Masa kecilnya diwarnai ketakutan karena kampungnya menjadi basis kekuatan kiri yang radikal, bahkan menjadi pangkalan udara untuk program Ganyang Malaysia.

“Banyak tetangga kami yang PKI ditangkap. Suasana sangat mencekam,” tuturnya.

Di tengah situasi sulit itu, orang tua Yusril justru menanamkan satu pesan fundamental:

“Jangan kamu lupa sekolah, karena sekolah yang akan mengubah masa depan kalian.”

Momen Keajaiban di Gelora Bung Karno

Setelah lulus SMA, Yusril memberanikan diri ke Jakarta untuk mengikuti tes masuk Universitas Indonesia di Gelora Bung Karno. Tanpa bekal yang memadai, hanya dengan tekad baja dan doa, ia mengikuti ujian tersebut.

Kejutan luar biasa datang ketika ia membaca Koran Salemba.

“Nama saya ada di sana—lulus Fakultas Hukum UI!” kenang Yusril dengan mata berbinar.

Kegembiraan itu bercampur kecemasan karena ia harus bertahan hidup di Jakarta.

Yusril kemudian tinggal di Masjid Al-Falah, tidur beralaskan tikar dengan satu tekad: tidak boleh gagal.

“Saya kuliah mati-matian agar tidak gagal dan menjadi penjual ikan di kampung,” katanya.

Bukan hanya itu, dengan semangat yang luar biasa, Yusril kuliah di dua fakultas sekaligus—Fakultas Hukum UI dan Fakultas Sastra UI. Ia melanjutkan hingga jenjang S2 dan S3, semuanya dilalui dengan kerja keras dan pengorbanan.

Dari Dosen Hingga Guru Besar

Setelah menyelesaikan pendidikan, Yusril tidak langsung berambisi menjadi pejabat atau tokoh besar. Ia memulai kariernya sebagai dosen, berbagi ilmu dan pengalaman kepada mahasiswa-mahasiswanya.

“Alhamdulillah, saya kemudian menjadi Guru Besar Hukum Tata Negara,” ucapnya dengan rendah hati.

Perjalanan kariernya semakin cemerlang ketika tulisan-tulisannya menarik perhatian almarhum Jenderal Murdiono, yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Negara. Yusril kemudian ditarik untuk menyiapkan naskah-naskah kepresidenan, membuka jalan bagi kariernya di dunia politik dan pemerintahan.

Motivasi untuk Para Wisudawan

Menutup sambutannya, Prof. Yusril memberikan motivasi yang menyentuh kepada para wisudawan.

“Lihat perjalanan saya. Saya berasal dari kampung miskin, tanpa sepatu, hidup di tengah ancaman politik, tetapi saya tidak pernah menyerah. Pendidikan adalah tangga menuju masa depan yang lebih baik.”

Ia mengingatkan para lulusan bahwa kesuksesan bukan tentang dari mana kita berasal, tetapi seberapa keras kita berusaha dan seberapa kuat kita berpegang pada nilai-nilai kebangsaan.

“Kerja keras, kejujuran, dan cinta tanah air—itulah modal utama kalian menghadapi dunia,” pesannya.

Wisuda Universitas Esa Unggul yang diselenggarakan di Grand Ballroom Hotel Pullman Jakarta Barat pada 7 Oktober 2025 bukan hanya menjadi momen kelulusan, tetapi juga momen inspirasi yang akan dikenang para wisudawan sepanjang hidup mereka. Kisah Prof. Yusril Ihza Mahendra membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka yang berani bermimpi dan bekerja keras.

“Sekolah yang akan mengubah masa depan kalian. Jangan pernah menyerah, karena kesuksesan sejati adalah ketika kita tetap menjadi orang Indonesia di mana pun kita berada.” – Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, SH., MSc.

Universitas Esa Unggul Merupakan World Class University

Universitas Esa Unggul adalah Perguruan Tinggi Swasta terkemuka dan menjadi salah satu Universitas Swasta terbaik di Indonesia yang memiliki VISI, yaitu Menjadi perguruan tinggi kelas dunia berbasis intelektualitas, kreatifitas dan kewirausahaan yang unggul dalam mutu pengelolaan (proses) dan hasil (output) kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dan memiliki MISI: Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan relevan, Menciptakan suasana akademik yang kondusif, Menciptakan pemimpin yang berkarakter dan berdaya saing tinggi.

Universitas Esa Unggul memiliki 10 fakultas yakni, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, Fakultas Desain & Industri Kreatif, Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Fakultas Fisioterapi, Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan, dan ditambah Program peminatan Digital Content Creation. Esa Unggul memiliki program pembelajaran kelas Reguler, Kelas Karyawan dan Program Pendidikan Jarak Jauh.

Universitas Esa Unggul terakreditasi unggul berdasarkan SK BAN PT: 2041/SK/BAN-PT/Ak/PT/XI/2024. Universitas Esa Unggul juga meraih peringkat :

  • 3 PTS Terbaik Se-Jakarta
  • 15 PTS Terbaik Se-Indonesia
  • 46 PTN & PTS Terbaik Se-Nasional (Berdasarkan Pemeringkatan UniRank / 4ICU 2025)

Hanya Universitas Esa Unggul satu-satunya kampus di Indonesia yang mendapatkan dukungan dan kerjasama dari Arizona State University (ASU) dalam mewujudkan visinya untuk menjadi world class university, serta menyediakan pendidikan berkualitas bagi mahasiswa di seluruh Indonesia. Dengan semangat “unggul dan berdampak,” Universitas Esa Unggul terus melangkah maju dalam menghasilkan lulusan yang profesional, berintegritas, dan siap menjawab tantangan dunia di masa kini dan masa depan.

Berita selengkapnya dapat Anda akses melalui esaunggul.ac.id – aruna9news.com

Leave A Comment