Dituding Bikin Malu Palembang, Willie Salim Hadapi Kecaman dan Proses Hukum

Last Updated: 25 Maret 2025By Tags:

Willie Salim, seorang kreator konten kuliner asal Jakarta, menjadi sorotan publik setelah unggahannya tentang memasak 200 kilogram rendang di Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang viral. Aksi masak besar-besaran yang dilakukan pada Selasa, 18 Maret 2025 itu awalnya bertujuan mulia, namun berujung kontroversi setelah daging yang belum selesai dimasak justru hilang karena direbut warga.

Daging Belum Matang, Sudah Raib Direbut Warga

Willie awalnya berniat membagikan rendang matang secara gratis kepada masyarakat sebagai menu berbuka puasa. Namun, situasi tidak terkendali ketika daging yang masih dalam proses dimasak justru habis dibawa pulang warga. Peristiwa itu pun langsung menjadi perbincangan hangat di media sosial.

Kondisi ini memunculkan spekulasi bahwa kejadian tersebut disengaja demi membuat konten viral, sebuah tudingan yang langsung dibantah oleh Willie. Melalui unggahan di Instagram, ia menyampaikan permohonan maaf dan menegaskan bahwa kejadian tersebut adalah murni ketidaksiapan dari pihaknya, bukan settingan.

Gubernur Sumatera Selatan Marah: Nama Baik Palembang Dipertaruhkan

Reaksi keras datang dari Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, yang secara terbuka menyatakan kemarahannya. Ia menilai konten yang dibuat Willie telah mencoreng nama baik Kota Palembang, apalagi setelah melihat dampaknya di media sosial.

“Saya sangat marah. Itu memang disengaja supaya orang rebutan, lalu kita dihujat,” ucapnya saat menghadiri acara peresmian rumah makan pada Minggu malam, 23 Maret 2025. Herman menekankan bahwa kreator konten semestinya membantu mengangkat citra positif daerah, bukan sebaliknya.

Wali Kota Palembang: Dukung Proses Hukum, Harus Ada Pertanggungjawaban

Senada dengan Gubernur, Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, juga angkat bicara. Ia bahkan menyatakan dukungan terhadap langkah warga yang telah melaporkan Willie ke pihak kepolisian. Menurutnya, konten tersebut telah melukai harga diri masyarakat Palembang, terutama jika dibandingkan dengan daerah lain.

“Saya harap kreator konten lebih bertanggung jawab. Saya dukung proses hukum agar ada kejelasan, apakah memang ada unsur rekayasa atau tidak,” ujar Ratu Dewa pada Senin, 24 Maret 2025.

Sultan Palembang Larang Willie Masuk Wilayah Kesultanan

Situasi semakin memanas ketika Sultan Palembang Darussalam, Mahmud Badaruddin IV, turut bereaksi keras. Dalam pernyataan resmi yang disampaikan di Istana Adat Kesultanan Palembang, Sultan menyatakan bahwa tindakan Willie telah melanggar nilai budaya semon — budaya malu yang menjadi ciri khas masyarakat Palembang.

“Tamu dalam budaya kami adalah raja. Mereka harus dihormati, bukan dijadikan bahan tontonan,” tegas Sultan. Ia menuntut agar Willie meminta maaf secara terbuka dan mengikuti prosesi ritual adat tepung tawar sebagai bentuk penebusan kesalahan. Jika tidak dilakukan, Willie akan diharamkan menginjakkan kaki di Palembang seumur hidupnya.

Willie Salim: “Saya Akui Kesalahan, Tapi Bukan Settingan”

Menanggapi berbagai tuduhan, Willie kembali menegaskan bahwa kejadian itu bukanlah rekayasa demi konten viral. Dalam unggahannya di Instagram @willie27_, ia menyebut bahwa dirinya tidak menyangka antusiasme warga bisa sebesar itu, dan ia mengakui kurangnya persiapan adalah kesalahannya sendiri.

“Aku mohon jangan salahkan warga Palembang. Ini murni kesalahan manajemen dari pihakku,” tulis Willie. Ia juga meminta maaf atas segala kegaduhan yang timbul, khususnya kepada masyarakat Palembang yang merasa dirugikan.

Dilaporkan ke Polisi, Proses Hukum Masih Berjalan

Per 24 Maret 2025, Willie Salim resmi dilaporkan ke Polda Sumatera Selatan oleh tiga pelapor: dua pengacara bernama Ryan Gumay dan Agung Wijaya, serta konten kreator lokal Rendy Aditya (Rondoot). Mereka menyatakan bahwa tindakan Willie telah merusak citra kota dan memicu kegaduhan publik.

Kasubdit V Siber Ditreskrimsus Polda Sumsel, AKBP Dwi Utomo, membenarkan adanya laporan tersebut dan menyampaikan bahwa penyelidikan awal tengah berlangsung. “Kami akan memeriksa saksi-saksi dan meminta keterangan dari terlapor WS,” ujarnya.

Apa pendapatmu soal kasus ini? Haruskah kreator konten lebih diatur? Atau ini hanya kesalahpahaman semata? Yuk, diskusi di kolom komentar!

Leave A Comment