Dompet Tipis, Ramadan Cemas? Tren Belanja Masyarakat Berubah Kala Bulan Suci
Siapa sangka, menjelang Ramadan tahun ini, masyarakat Indonesia justru mengerem pengeluaran mereka? Padahal biasanya, jelang bulan suci, aktivitas belanja meroket bak roket SpaceX!
Data terbaru Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan fenomena unik: nilai belanja masyarakat justru melambat satu minggu menjelang Ramadan, turun ke angka 236,2. Ini seperti menemukan es krim di gurun pasir—sangat tidak biasa! Terakhir kali MSI menurun jelang Ramadan adalah lima tahun lalu, tepatnya Maret 2020, saat pandemi Covid-19 baru menggeliat.
Foto: MSI berdasarkan KB Leisures
Sumber: Mandiri Institute
“Sayang Duit” Jadi Tren Baru
Coba tebak apa yang masih diminati masyarakat? Mobilitas! Sementara hampir semua sektor lain merosot, MSI Mobility justru naik ke angka 297,5. Mungkin orang-orang lebih memilih jalan-jalan mencari udara segar ketimbang belanja barang mahal?
Foto: MSI berdasarkan KB Leisures
Sumber: Mandiri Institute
Yang paling mencengangkan adalah anjloknya minat belanja di sektor hiburan. Pengeluaran untuk olahraga, hobi, dan hiburan turun drastis. Sepertinya masyarakat sedang dalam mode “diet pengeluaran”, terutama untuk hal-hal yang bersifat sekunder.
Foto: MSI berdasarkan KB Leisures
Sumber: Mandiri Institute
Kebutuhan Pangan
“Makanan tetap jadi prioritas!” Begitulah gambaran belanja masyarakat saat ini. Porsi belanja restoran mencapai 20,2%, kembali ke level 20% untuk pertama kalinya sejak Oktober 2023. Sementara belanja di supermarket naik menjadi 15,9%.
Jika ditotal, pengeluaran untuk restoran dan supermarket sudah menyedot 35,6% dari total belanja—hampir 40%! Ini menunjukkan bahwa dompet masyarakat saat ini hanya terbuka lebar untuk kebutuhan pokok dan primer. Sementara pengeluaran untuk olahraga, hobi, dan hiburan menyusut dari 7,7% menjadi 6,5%.
Foto: MSI
Porsi belanja masyarakat
“Mantab” yang Bikin Galau
Bukan sekadar akronim lucu, “Makan Tabungan” atau “Mantab” menjadi kenyataan pahit bagi masyarakat kelas bawah. Tingkat tabungan kelompok bawah terus melemah, mencapai titik terendah di level 79,4 pada Februari 2025—lebih rendah dibanding Februari 2024 yang berada di level 82,4.
Foto: MSI
Indeks tabungan masyarakat
Kelompok menengah pun tak luput dari fenomena ini. Tingkat tabungan mereka juga melandai dan menjadi yang terendah sejak Maret 2024. Jika dibiarkan, fenomena “mantab” ini bisa mendorong masyarakat beralih ke pinjaman online (pinjol) sebagai jalan pintas pemenuhan kebutuhan.
Deflasi di Tengah Paceklik
Bukti bahwa daya beli masyarakat sedang terhimpit adalah terjadinya deflasi dua bulan berturut-turut. Indonesia mencatat deflasi -0,48% (mtm) pada Februari 2025 dan deflasi tahunan -0,09% (yoy)—yang pertama dalam 25 tahun terakhir!
Meskipun BPS menyebut diskon tarif listrik sebagai penyebab utama deflasi, tapi jangan salah! Melemahnya daya beli masyarakat juga berperan besar dalam fenomena ini.
Ramadan Berbeda Tahun Ini?
Dengan kondisi ekonomi seperti ini, akankah Ramadan 2025 yang jatuh pada 1 Maret 2025 akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya? Mungkinkah kita akan menyaksikan Ramadan yang lebih sederhana namun lebih bermakna?
Yang pasti, fenomena ini menjadi alarm bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk mencari solusi agar ekonomi kembali bergairah, terutama menjelang bulan suci yang biasanya menjadi momentum peningkatan konsumsi nasional.
Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda juga merasakan perubahan pola belanja menjelang Ramadan tahun ini?
Sumber : cnbcindonesia
Berita selengkapnya dapat Anda akses melalui aruna9news.com