Dosen Tamu di Eropa, Dosen Esa Unggul Menyerbarluaskan Batik Ciprat sebagai Terapi Kesehatan Mental di Kancah Internasional
Esaunggul.ac.id, Dr. Arbania Fitriani, dosen Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul dan Principal Investigator di ASU Cintana, mendapat kehormatan menjadi dosen tamu di Budapest Metropolitan University, Hongaria, dalam rangkaian kunjungan akademik internasionalnya pada 6–12 November 2025. Di hadapan mahasiswa, akademisi, dan pakar seni dari berbagai negara, Dr. Arbania menyampaikan kuliah umum berjudul “The Application of Art Therapy in Mental Health and its Contribution to Impactful International Research”, yang secara khusus menyoroti potensi batik ciprat, teknik batik ekspresif tanpa aturan, sebagai pendekatan inovatif dalam terapi kesehatan mental.
Dalam presentasinya, Dr. Arbania mengajak peserta untuk mempertanyakan asumsi konvensional tentang seni dan penyembuhan. “Apa jadinya jika seni bukan tentang membuat, melainkan membongkar segala sesuatu yang tak lagi melayani kita?” tanyanya di awal sesi, mengutip narasi pembuka dari materi kuliahnya. Ia menekankan bahwa seni tidak harus selalu indah, terstruktur, atau produktif—justru dalam kekacauan, keheningan, dan kejujuran proses kreatif, terletak kekuatan penyembuhan yang autentik.
Mengacu pada temuan penelitian yang dipublikasikan dalam Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts (Vol. 8, No. 1, 2025), Dr.Arbania menguraikan bagaimana batik ciprat telah terbukti membantu Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Indonesia mengekspresikan emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Penelitian oleh Denik Ristya Rini dkk. menunjukkan bahwa aktivitas menciptakan batik ciprat selama delapan minggu tidak hanya meningkatkan kreativitas dan keterampilan motorik, tetapi juga mengurangi gejala kecemasan dan depresi. Argumen ini diperkuat dengan pendekatan humanistik Carl Rogers, yang menekankan pentingnya self-expression dan self-actualization dalam proses pemulihan.
Yang membedakan pendekatan Dr. Arbania sebagai praktisi art therapy bersertifikasi dengan dunia klinis adalah penolakannya terhadap medikalisasi seni. Ia menegaskan bahwa “seni sebagai terapi” berbeda dari “terapi seni” yang bersifat klinis. “Dalam batik ciprat, tidak ada diagnosis, tidak ada penilaian, tidak ada tekanan untuk ‘sembuh’. Ada hanya kebebasan untuk mencurahkan perasaan melalui warna dan gerakan tangan,” jelasnya, mengingatkan bahwa penyembuhan sering kali justru terjadi di luar ruang klinis, di sekolah, di balai desa, di bawah pohon, atau di komunitas yang saling menjaga tanpa stigma.
Kuliah umum ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, tetapi juga dihadiri oleh tokoh akademik, seperti Dr. Adam Ulbert, pakar seni kontemporer di Budapest, serta Prof. Alexandra Kinter, Ilmuwan yang secara khusus mempelajari budaya Indonesia dan warisan seni Nusantara. Keduanya memberikan apresiasi tinggi terhadap pendekatan Dr. Arbania yang menggabungkan kearifan lokal, kepekaan psikososial, dan aktivisme budaya. “Ini bukan sekadar presentasi akademis, ini adalah ajakan moral untuk mengembalikan seni kepada fungsinya yang paling dasar: sebagai ruang aman bagi kemanusiaan,” ungkap Prof. Kinter usai sesi tanya jawab.
Tak berhenti pada kuliah umum, kunjungan Dr. Arbania juga menjadi jembatan strategis antara Universitas Esa Unggul dan Budapest Metropolitan University (METU). Kedua institusi kini telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk memperkuat kolaborasi di bidang penelitian lintas disiplin, pertukaran mahasiswa dan dosen, serta pengembangan program internasional dalam aktivitas belajar mengajar ke dua universitas.
Dengan menyatukan kebijaksanaan lokal dan visi global, Dr. Arbania Fitriani membuktikan bahwa warisan budaya seperti batik bukan hanya simbol identitas nasional, tetapi juga alat transformatif untuk menyembuhkan individu dan membangun solidaritas lintas batas.
Universitas Esa Unggul Merupakan World Class University
Universitas Esa Unggul adalah Perguruan Tinggi Swasta terkemuka dan menjadi salah satu Universitas Swasta terbaik di Indonesia yang memiliki VISI, yaitu Menjadi perguruan tinggi kelas dunia berbasis intelektualitas, kreatifitas dan kewirausahaan yang unggul dalam mutu pengelolaan (proses) dan hasil (output) kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dan memiliki MISI: Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan relevan, Menciptakan suasana akademik yang kondusif, Menciptakan pemimpin yang berkarakter dan berdaya saing tinggi.
Universitas Esa Unggul memiliki 10 fakultas yakni, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, Fakultas Desain & Industri Kreatif, Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Fakultas Fisioterapi, Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan, dan ditambah Program peminatan Digital Content Creation. Esa Unggul memiliki program pembelajaran kelas Reguler, Kelas Karyawan dan Program Pendidikan Jarak Jauh.
Universitas Esa Unggul terakreditasi unggul berdasarkan SK BAN PT: 2041/SK/BAN-PT/Ak/PT/XI/2024. Universitas Esa Unggul juga meraih peringkat:
- 3 PTS Terbaik Se-Jakarta
- 15 PTS Terbaik Se-Indonesia
- 46 PTN & PTS Terbaik Se-Nasional (Berdasarkan Pemeringkatan UniRank / 4ICU 2025)
Hanya Universitas Esa Unggul satu-satunya kampus di Indonesia yang mendapatkan dukungan dan kerjasama dari Arizona State University (ASU) dalam mewujudkan visinya untuk menjadi world class university, serta menyediakan pendidikan berkualitas bagi mahasiswa di seluruh Indonesia. Dengan semangat “unggul dan berdampak,” Universitas Esa Unggul terus melangkah maju dalam menghasilkan lulusan yang profesional, berintegritas, dan siap menjawab tantangan dunia di masa kini dan masa depan.
Berita selengkapnya dapat Anda akses melalui esaunggul.ac.id – aruna9news.com














