Epidemiolog Ungkap 4 Jenis Penyakit yang Berisiko Mewabah Setelah Banjir

Banjir dan longsor yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik, tetapi juga meningkatkan potensi munculnya penyakit. Lingkungan yang kotor, akses air bersih yang terbatas, serta kondisi pengungsian yang padat membuat masyarakat lebih rentan terinfeksi.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan bahwa ada beberapa penyakit yang biasanya meningkat setelah terjadinya banjir. Pola ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain dengan karakter bencana serupa.
1. Leptospirosis
Menurut Dicky, penyakit yang paling umum meningkat pasca banjir adalah leptospirosis. Banjir membuat manusia lebih mudah terpapar air yang tercemar urin tikus atau hewan lain yang membawa bakteri Leptospira. Kondisi ini membuka peluang besar terjadinya wabah.
2. Diare dan Penyakit Fekal-Oral
Kasus diare hampir selalu naik seusai banjir. Penyebabnya antara lain lingkungan yang terkontaminasi, sumur dangkal yang tercemar, hingga sanitasi sementara yang buruk. Minimnya fasilitas cuci tangan dan padatnya tempat pengungsian mempercepat penularan penyakit fekal-oral.
Dicky menambahkan bahwa pola ini terjadi setiap tahun di Indonesia, dan diare sering menjadi pemicu wabah yang berkembang cepat.
3. Demam Tifoid
Demam tifoid atau tipes juga kerap meningkat setelah banjir. Air banjir yang bercampur kotoran dan limbah sangat mudah mencemari makanan dan minuman, sehingga bakteri penyebab tifoid dapat menyebar lebih luas.
4. Demam Berdarah dan Malaria
Banjir juga menyebabkan banyaknya genangan air, yang menjadi tempat ideal berkembang biaknya nyamuk. Karena itu, risiko penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan malaria biasanya muncul belakangan, sekitar satu bulan setelah bencana.
Sumber: detikHealth
berita selengkapnya anda bisa akses melalui :aruna9news.com











