Gunungkidul Punya Bioskop Setelah 25 Tahun, Film Jumbo Diserbu Warga
Ratusan warga di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memadati sebuah bioskop baru yang dibuka untuk pertama kalinya pada Minggu (13/4/2025). Antusiasme masyarakat begitu tinggi karena bioskop terakhir yang beroperasi di wilayah ini telah tutup sekitar 25 tahun lalu. Pada pembukaan tersebut, film animasi lokal berjudul Jumbo menjadi daya tarik utama bagi para penonton.
Berdasarkan pantauan Kompas.com pada Selasa (15/4/2025) pukul 14.30 WIB, kerumunan warga terlihat mengantre tiket di bioskop yang berlokasi di Jalan Pemuda, Rejosari, Baleharjo, Wonosari. Salah satu petugas meminta para pengunjung untuk segera masuk ke studio 1 karena pemutaran film Jumbo akan segera dimulai. Mereka yang telah menunggu langsung masuk ke dalam studio.
“Saya mau nonton film Jumbo bareng anak-anak,” ujar Yanti, salah satu warga yang akan menonton. Sementara itu, Adit, warga Wonosari lainnya, mengatakan ia masih mencari waktu yang tepat untuk mengajak anaknya menonton film tersebut. “Baru lihat-lihat dulu. Antrenya ramai banget, jadi besok saja balik lagi. Penasaran sama Jumbo,” ungkapnya.
Manajer bioskop NSC Wonosari, Asep Mahmud Sugi, menjelaskan bahwa perusahaannya memang menyasar pasar di daerah, bukan kota besar. “Kompetitor kan banyak di kota-kota besar. Kami buka di kabupaten agar masyarakat bisa menonton lebih dekat tanpa harus ke Jogja, yang perjalanannya bisa satu jam,” jelas Asep.
Ia juga menyampaikan bahwa sambutan masyarakat Gunungkidul sangat luar biasa setelah bioskop dibuka. Bahkan, pada siang itu dua studio yang tersedia, dengan total kapasitas sekitar 400 kursi, sudah terisi penuh oleh penonton yang menyaksikan film Jumbo dan Komang. Untuk harga tiket, pada hari Senin hingga Rabu ditetapkan sebesar Rp 34.000, Kamis dan Jumat Rp 39.000, serta Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional Rp 44.000. Harga tiket tersebut sudah termasuk minuman.
“Film yang ditayangkan sama dengan bioskop lain, baik film Indonesia maupun film asing. Setiap harinya ada 12 pemutaran, masing-masing studio menayangkan enam film,” tambah Asep. Ia juga menyebut bahwa mayoritas karyawan bioskop direkrut dari warga sekitar Kalurahan Baleharjo, sebagai bentuk kontribusi terhadap masyarakat lokal.
Sebelumnya, sejumlah investor mulai melirik Gunungkidul, khususnya kota Wonosari, sebagai lokasi potensial untuk pengembangan bisnis bioskop. Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Gunungkidul, Fajar Ridwan, menyampaikan bahwa proses perizinan sudah berjalan dan pihaknya telah menerbitkan izin lokasi untuk calon investor.
Sumber : kompas.com
Berita selengkapnya dapat Anda akses melalui aruna9news.com