Harga Emas Dunia Tembus Rekor Baru, Bersiap Naik ke Level USD 3.700 per Troy Ounce
Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi baru dan melanjutkan tren penguatannya. Pada Selasa (9/9/2025), logam mulia ini diperdagangkan di kisaran USD 3.650 per troy ounce, melampaui rekor sebelumnya di level USD 3.646 per troy ounce yang tercatat sehari sebelumnya.
Lonjakan harga ini didorong oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve (The Fed), serta melemahnya Dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah, yang meningkatkan minat terhadap emas sebagai aset safe haven.
Optimisme The Fed Pangkas Suku Bunga Dorong Harga Emas
Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menyebutkan bahwa pasar kini tengah merespons positif sinyal dari The Fed terkait kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Kondisi ini menciptakan sentimen bullish yang kuat terhadap emas.
“Jika tekanan beli terus berlanjut, emas sangat mungkin menembus level psikologis USD 3.700 per troy ounce. Namun, jika tidak berhasil menembusnya, harga bisa terkoreksi ke area support di sekitar USD 3.613,” ujar Andy dalam keterangan resminya.
Secara teknikal, indikator candlestick dan Moving Average menunjukkan tren penguatan masih dominan, memperkuat peluang kenaikan lebih lanjut.
Fokus Pasar: Suku Bunga The Fed dan Data Ekonomi AS
Faktor fundamental utama yang menopang penguatan emas saat ini adalah prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Banyak pelaku pasar memprediksi akan ada penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan mendatang. Sebagian lainnya bahkan memperkirakan langkah lebih agresif, yakni pemangkasan sebesar 50 basis poin.
Namun, keputusan akhir akan sangat dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika Serikat dalam waktu dekat, khususnya data inflasi.
Laporan pasar tenaga kerja AS juga ikut menambah keyakinan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga. Data bulan Agustus menunjukkan penciptaan lapangan kerja hanya 22.000, jauh di bawah ekspektasi dan tingkat pengangguran naik menjadi 4,3% dari sebelumnya 4,2%.
Kondisi ini membuat Dolar AS tertekan dan mendorong emas semakin diminati investor.
Dolar Melemah, Permintaan Emas Fisik Naik
Pelemahan Dolar AS tercermin dari penurunan Indeks Dolar sebesar 0,21% ke level 97,50. Di saat yang sama, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun ke 4,049%, sementara imbal hasil riil AS turun menjadi 1,679%.
Di luar faktor makro, permintaan fisik juga menjadi pendorong kuat harga emas. Bank Sentral Tiongkok (PBOC) diketahui terus menambah cadangan emasnya selama 10 bulan berturut-turut hingga Agustus 2025.
Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak sekitar 38%, menunjukkan bahwa logam mulia ini tetap menjadi pilihan utama investor di tengah ketidakpastian global.
“Selama tren penguatan ini masih berlangsung, emas akan tetap menjadi instrumen yang menjanjikan, apalagi menjelang rilis data inflasi AS yang sangat menentukan arah pasar ke depan,” tutup Andy.
Sumber: Liputan News
Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com