“IHSG Akhirnya Ambil Napas: Terhenti setelah Lima Hari Berpesta”
Indeks saham terkoreksi 0,65% di tengah berbagai sentimen domestik dan global yang menarik perhatian investor
KILASAN UTAMA
- Pelemahan 46,49 poin mengakhiri tren positif lima hari berturut-turut
- Sektor properti menjadi yang paling terpukul dengan penurunan 1,89%
- BMRI, TLKM, dan AMMN menjadi pemberat utama pergerakan indeks
PERJALANAN SATU HARI DI PASAR MODAL
Setelah lima hari berturut-turut menikmati zona hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya mengambil jeda untuk beristirahat. Pasar modal Indonesia ditutup melemah 0,65% atau 46,49 poin ke level 7.094,6 pada perdagangan Selasa (20/5/2025).
Meski sempat membuka perdagangan dengan optimisme yang ditandai penguatan 0,3% dan bahkan menutup sesi I dengan kenaikan 0,43%, IHSG tidak mampu mempertahankan momentum positifnya hingga penutupan. Menjelang akhir sesi II, indeks tiba-tiba terperosok ke zona merah dan gagal kembali bangkit.
PETA KEKUATAN DI LANTAI BURSA
Di tengah keramaian 1,47 juta transaksi dengan nilai mencapai Rp 16,16 triliun yang melibatkan 25,51 miliar saham, terjadi pertarungan sengit antara saham-saham yang menguat dan melemah. Sebanyak 247 saham berhasil naik, namun kalah jumlah dari 388 saham yang turun, sementara 172 saham memilih untuk diam tak bergerak.
Data Refinitiv menunjukkan sebagian besar sektor kompak berada di zona merah. Sektor properti menjadi yang paling terpukul dengan penurunan tajam 1,89%. Posisi runner-up ditempati sektor konsumer primer yang melemah 1,23%, diikuti oleh sektor teknologi di posisi ketiga dengan koreksi 1,21%.
TRIO PEMBERAT IHSG
Tiga saham utama tampil sebagai biang keladi pelemahan indeks hari ini. Bank Mandiri (BMRI) menjadi pemberat utama dengan kontribusi negatif sebesar 11 indeks poin. Disusul oleh Telkom Indonesia (TLKM) yang terkoreksi 2,84% dan menyumbang -9,12 indeks poin, serta AMMN yang menambah beban dengan -6,32 indeks poin.
FAKTOR PENGGERAK PASAR
Para investor sedang mencermati berbagai sentimen yang datang silih berganti. Dari dalam negeri, perhatian tertuju pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia serta dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) untuk tahun 2026 yang diprediksi akan menjadi penggerak utama pasar.
Sementara dari panggung global, kebijakan suku bunga China dan dampak pemangkasan rating kredit Amerika Serikat menjadi sorotan. Imbal hasil US Treasury melonjak tajam menyusul keputusan Moody’s Investors Service yang menurunkan peringkat kredit pemerintah AS dari AAA menjadi AA1 pada Jumat (17/5/2025).
Pemangkasan ini menandai berakhirnya status prestisius “triple-A” dari Moody’s, yang sebelumnya masih bertahan dibandingkan dua lembaga pemeringkat lainnya, Standard & Poor’s dan Fitch Ratings.
“Penurunan satu tingkat ini mencerminkan tren jangka panjang peningkatan rasio utang dan pembayaran bunga ke level yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara dengan profil kredit serupa,” demikian pernyataan resmi Moody’s yang menyoroti lonjakan beban utang dan meningkatnya biaya bunga sebagai alasan utama koreksi peringkat.
Menarik untuk disimak bagaimana pasar akan merespon berbagai sentimen ini dalam beberapa hari ke depan. Akankah IHSG kembali ke jalur positif atau justru melanjutkan tren koreksi?
Sumber : cnbcindonesia.com
Berita selengkapnya dapat Anda akses melalui aruna9news.com