Jejak Rasa Kecap Sie Wie Bo, Kecap Ikonik yang Disukai Bung Karno

Last Updated: 16 Desember 2025By Tags: , , ,

Lokasinya cukup tersembunyi, berjarak sekitar 50 meter dari Jalan Mastrip—yang dahulu dikenal sebagai Jalan Wijaya Kusuma—di Blitar, Jawa Timur. Area dapur produksinya dikelilingi pepohonan hijau yang rindang dan tertata dengan baik. Di sinilah Kecap Sie Wie Bo dibuat. Suasananya menyerupai sebuah kebun, dengan tempat produksi yang tidak terlalu luas karena jumlah kecap yang dihasilkan memang terbatas.

Saya disambut oleh Ibu Cecil, generasi ketiga penerus Kecap Sie Wie Bo (SWB), bersama Ibu Susi yang merupakan rekan kerjanya. Sambil berkeliling area produksi, Ibu Cecil berbagi cerita mengenai sejarah panjang kecap legendaris ini.

Usaha kecap tersebut bermula pada tahun 1901, ketika Sie Bian Siang mulai memproduksi kecap di Blitar. Pada tahun 1920, usaha ini dilanjutkan oleh putranya, Sie Wie Bo, yang kemudian menjadi nama kecap tersebut hingga sekarang.

Sempat berhenti beroperasi untuk beberapa waktu, produksi Kecap SWB kembali dilanjutkan pada tahun 2019 dengan memindahkan lokasi produksi dari Blitar ke Bogor. Tongkat estafet usaha ini kini berada di tangan Ibu Cecil.

Dari sejumlah kliping artikel yang diperlihatkan kepada saya, terdapat sebuah surat pemesanan bertanggal 10 Mei 1954 dari Kepala Rumah Tangga Presiden. Surat tersebut berisi permintaan 50 botol kecap untuk kebutuhan Istana Presiden di Jakarta.

Hingga kini, seluruh proses pembuatan dan resep kecap tetap dipertahankan seperti sejak awal berdiri pada tahun 1901. Kedelai hitam difermentasi dalam guci-guci tua, bumbu dihaluskan secara manual dengan cara diulek, proses pemasakan masih menggunakan kayu bakar, dan tahap penyaringan hingga pengemasan pun dilakukan secara tradisional.

Setelah dimasak selama kurang lebih dua jam, aroma harum kecap mulai tercium. Supervisor produksi kemudian memeriksa tingkat kekentalan menggunakan viskometer. Jika hasilnya belum sesuai, proses pemasakan dan pengadukan akan dilanjutkan hingga mencapai standar yang diinginkan.

Setelah dinyatakan matang, kecap disaring dan didinginkan kembali di dalam guci-guci kuno. Saya pun mendapat kesempatan mencicipi kecap yang baru selesai diproses tersebut. Perpaduan rempah langsung terasa di lidah, diiringi rasa manis dan tekstur kental yang menurut saya sangat pas.

Kunjungan hari itu ditutup dengan santap siang bersama Ibu Cecil dan Ibu Susi. Menu yang disajikan berupa nasi timbel lengkap dengan kerupuk serta tahu dan tempe. Tentu saja, Kecap SWB hadir sebagai saus cocolan yang melengkapi hidangan.

Sebagai penutup, saya juga menerima beberapa botol Kecap SWB sebagai buah tangan—kecap legendaris yang pernah menjadi favorit Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia.

sumber: detikTravel

berita selengkapnya bisa anda lihat di aruna9news.com

Leave A Comment