Kabar Baik, Populasi Penyu di Seluruh Dunia Mulai Pulih
Sebuah studi terbaru dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) membawa kabar menggembirakan mengenai populasi penyu di dunia. Dari hasil pemantauan terhadap 48 populasi dari enam spesies penyu di berbagai wilayah, para peneliti menemukan bahwa jumlah penyu mulai menunjukkan pemulihan. Selama ini, penyu menghadapi beragam ancaman yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia.
Ancaman tersebut mencakup terjebaknya penyu dalam alat tangkap ikan, menelan sampah plastik yang terapung di laut, hingga terluka akibat tabrakan dengan kapal. Penyu muda juga bisa mengalami cacat saat tumbuh karena tersangkut limbah seperti cincin plastik. Selain itu, penyu juga diburu demi diambil daging dan cangkangnya untuk keperluan medis atau dekoratif. Tumpahan minyak pun menjadi salah satu faktor yang membahayakan kesehatan mereka.
Menurut Natural History Museum London, yang dikutip oleh IFL Science pada Selasa (29/4/2025), manusia merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup penyu. Perubahan iklim juga turut mengancam, karena suhu saat pengeraman telur menentukan jenis kelamin penyu. Peningkatan suhu dapat menyebabkan dominasi kelahiran betina yang mengganggu keseimbangan reproduksi.
Di tengah berbagai tantangan tersebut, hasil studi IUCN menjadi angin segar. Wakil ketua Marine Turtle Specialist Group (MTSG) sekaligus Presiden Oceanic Society, Roderic Mast, menyatakan bahwa puluhan tahun upaya pelestarian penyu mulai menunjukkan hasil yang positif. Namun, ia juga menegaskan bahwa keberhasilan ini harus menjadi pemicu untuk melanjutkan dan memperkuat langkah-langkah konservasi, terutama bagi populasi yang masih terancam.
Penelitian IUCN menunjukkan bahwa secara umum, risiko terhadap populasi penyu yang diteliti mengalami penurunan, sementara jumlah populasi meningkat. Sebanyak 40 persen unit manajemen regional menunjukkan kondisi populasi yang stabil atau meningkat, dengan tingkat ancaman yang rendah.
Jumlah wilayah dengan risiko rendah hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2011, sementara wilayah dengan ancaman tinggi berkurang hampir separuhnya. Sebagian besar wilayah juga mencatat perbaikan status risiko dan ancaman, memperkuat bukti bahwa program konservasi memberikan dampak nyata.
Bryan Wallace, penulis utama studi tersebut, menekankan bahwa pencapaian ini mencerminkan dampak besar dari upaya pelestarian di berbagai belahan dunia dan dedikasi para individu serta organisasi yang bekerja keras melindungi penyu baik di daratan maupun lautan.
Meski begitu, tidak semua kabar menggembirakan. Penelitian juga menunjukkan bahwa penyu belimbing masih berada dalam kondisi mengkhawatirkan. Semua kelompok penyu belimbing tergolong berisiko tinggi, bahkan di wilayah yang sebelumnya dianggap aman. Populasi mereka terus menurun dan status konservasinya memburuk sejak 2011, kini tergolong “terancam punah”.
Sumber : kompas.com
Berita selengkapnya dapat Anda akses melalui aruna9news.com