Kenapa Sate Klathak Menggunakan Jeruji Besi? Ini Alasan Uniknya

Sate klathak adalah salah satu kuliner khas Yogyakarta yang terkenal karena cara penyajiannya yang tidak biasa. Alih-alih menggunakan tusuk bambu seperti sate pada umumnya, sate klathak justru ditusuk dengan jeruji besi. Keunikan ini tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga menyimpan berbagai alasan menarik di balik penggunaannya. Mulai dari alasan teknis hingga nilai budaya, inilah alasan mengapa jeruji besi menjadi bagian penting dalam proses pembuatan sate klathak.

1. Jeruji Besi Menghantarkan Panas Secara Merata

Salah satu keunggulan utama jeruji besi adalah kemampuannya menghantarkan panas dengan stabil dan merata. Hal ini membuat daging kambing matang sempurna dari luar dan dalam. Proses ini juga membantu menjaga kelembapan daging, sehingga rasa gurih alaminya tetap terjaga. Tusuk bambu tidak memiliki kemampuan serupa karena mudah terbakar dan tidak bisa menghantarkan panas secara konsisten. Maka dari itu, jeruji besi bukan hanya alat tusuk biasa, melainkan bagian dari teknik memasak yang memengaruhi rasa akhir.

2. Berawal dari Keterbatasan, Kini Jadi Identitas Kuliner

Penggunaan jeruji besi awalnya muncul sebagai solusi dari keterbatasan alat. Para penjual sate di daerah Bantul memanfaatkan jeruji sepeda bekas karena dianggap kuat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Dari kebiasaan tersebut, lahirlah tradisi yang kini menjadi ciri khas kuliner lokal. Inisiatif ini mencerminkan kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan barang sederhana menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Sekarang, jeruji besi menjadi bagian dari identitas sate klathak yang tidak bisa dipisahkan.

3. Memberi Karakter Rasa yang Khas

Jeruji besi tidak hanya berfungsi sebagai tusuk, tetapi juga berpengaruh langsung pada karakter rasa daging. Karena mampu menghantarkan panas dari dalam, proses pemanggangan terjadi secara merata. Lemak dalam daging tidak langsung meleleh dan jatuh ke bara, tetapi sedikit tertahan dan menyatu kembali ke dalam serat daging. Hal ini menciptakan rasa gurih yang lebih mendalam. Selain itu, jeruji besi memicu reaksi Maillard secara optimal, yaitu proses alami antara gula dan protein yang menghasilkan aroma serta warna kecokelatan yang menggoda. Walaupun bumbunya hanya garam dan bawang, rasa yang dihasilkan sangat kaya dan kompleks.

4. Menyuguhkan Pengalaman Makan yang Berbeda

Sate klathak tidak hanya menawarkan rasa, tetapi juga pengalaman. Disajikan dengan dua tusuk jeruji yang besar dan masih panas, aroma daging panggang menjadi lebih kuat dan menggugah selera. Porsinya yang sederhana tetapi mengenyangkan mencerminkan filosofi kuliner Jawa yang tidak berlebihan namun tetap memikat. Tidak adanya bumbu kacang atau saus manis membuat rasa daging kambing lebih menonjol. Inilah yang membuat sate klathak terasa jujur dan autentik.

Sumber: IDN Times News

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com

Leave A Comment