Lukisan Tertua di Dunia Ternyata Ada di Sulawesi, Usianya Mencapai 51.200 Tahun!
Sebuah lukisan yang menggambarkan interaksi antara manusia dan babi telah ditemukan di sebuah gua di Sulawesi, Indonesia. Diperkirakan berusia setidaknya 51.200 tahun, temuan ini menjadi contoh seni representasional tertua di dunia.
Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Griffith University, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Southern Cross University, dan hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal Nature. Di Indonesia, temuan ini dipresentasikan dalam konferensi pers di Gedung BJ Habibie, BRIN Thamrin, pada 4 Juli 2024.
Lukisan ini ditemukan di gua kapur Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Lukisan cadas tersebut menggambarkan tiga sosok menyerupai manusia yang sedang berinteraksi dengan babi hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seni cadas di Leang Karampuang bahkan lebih tua dibandingkan lukisan di Leang Bulu’ Sipong 4, yang sebelumnya diperkirakan berusia 48.000 tahun.
Metode Analisis Baru
Lukisan babi ini sebenarnya telah ditemukan sejak tahun 2017 di langit-langit gua kapur Leang Karampuang. Sebelumnya, pada tahun 2019, Profesor Maxime Aubert dan timnya menggunakan metode pengukuran usia pada sebuah adegan berburu di Leang Bulu’ Sipong 4 dan memperkirakan usianya minimal 44.000 tahun.
Sebelumnya, pengukuran usia seni cadas menggunakan metode yang merusak sebagian batu. Kini, dengan teknik terbaru ablasi laser U-series (LA-U-series), peneliti dapat mengukur usia lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas lukisan tanpa menyebabkan kerusakan besar. Metode ini dikembangkan oleh Aubert bersama Profesor Renaud Joannes-Boyau, yang memungkinkan analisis lebih akurat.
Metode ini bekerja dengan mengekstraksi inti kecil dari batu dan menghilangkan lapisan tipis dengan laser untuk menganalisis peluruhan isotop mineral. Setelah itu, inti batu dapat dikembalikan ke posisinya, mengurangi dampak kerusakan pada seni cadas.
Menurut Aubert, metode berbasis uranium sebelumnya telah digunakan untuk menentukan usia seni cadas di Sulawesi dan Kalimantan. Namun, teknik LA-U-series mampu mendeteksi umur lapisan kalsium karbonat dengan lebih rinci. Joannes-Boyau menambahkan bahwa metode ini memungkinkan pemetaan lebih detail dari lapisan batuan, menghindari area yang mengalami perubahan alami, sehingga hasil analisis lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil penelitian ini mengungkap bahwa lukisan di Leang Bulu’ Sipong 4 berusia 48.000 tahun, 4.000 tahun lebih tua dari perkiraan awal, sementara seni cadas di Leang Karampuang memiliki usia lebih tua lagi, yaitu 51.200 tahun. Ini menjadikan seni cadas di Sulawesi berusia setidaknya 10.000 tahun lebih tua dari seni batu tertua di Eropa.
Kira Westaway dari Universitas Macquarie, Sydney, menyatakan bahwa teknik pengukuran yang lebih baik memberikan penilaian yang lebih akurat terkait usia seni cadas di Sulawesi. Menurutnya, temuan ini berdampak besar bagi pemahaman tentang seniman awal yang bermigrasi melalui Indonesia dan keterampilan yang mereka miliki saat memasuki Australia.
Dampak bagi Sejarah Manusia
Ahli seni cadas Indonesia dari BRIN, Adhi Agus Oktaviana, mengungkapkan bahwa penelitian ini membuktikan bahwa seni cadas di Indonesia telah ada lebih dari 50.000 tahun lalu, memberikan wawasan baru mengenai asal-usul seni manusia awal.
Sementara itu, Aubert menambahkan bahwa manusia modern dikenal sebagai spesies yang bercerita, dan lukisan ini menjadi bukti tertua dari kemampuan tersebut. Di gua yang sama, ditemukan pula gambar makhluk dengan atribut manusia dan hewan, menunjukkan kemungkinan adanya kepercayaan spiritual pada masa itu.
Joannes-Boyau menegaskan bahwa seni cadas ini bukan sekadar simbol, melainkan penggambaran adegan berburu dan kehidupan, yang menunjukkan bahwa manusia pada masa itu sudah memiliki cara untuk bercerita melalui seni.
Profesor Adam Brumm dari Griffith’s Australian Research Centre for Human Evolution menekankan bahwa penemuan ini mengubah cara pandang akademisi tentang seni figuratif awal. Lukisan gua Sulawesi memperlihatkan adegan yang jelas, berbeda dari seni cadas awal di Eropa yang biasanya terdiri dari panel individual.
Mengenai siapa yang membuat lukisan tersebut, Aubert menjelaskan bahwa manusia modern, Homo sapiens, kemungkinan telah berada di wilayah ini sekitar 60.000 hingga 65.000 tahun lalu. Oleh karena itu, besar kemungkinan mereka adalah pembuatnya.
Adhi menambahkan bahwa penemuan ini membuktikan bahwa manusia telah memiliki kemampuan komunikasi dalam bentuk cerita lebih dari 51.200 tahun lalu. Namun, karena bahasa lisan tidak dapat meninggalkan fosil, seni cadas menjadi bukti konkret yang bisa dikaji oleh arkeolog.
Martin Porr dari Universitas Western Australia menambahkan bahwa mungkin bukan hanya Homo sapiens yang memiliki kemampuan simbolik kompleks, tetapi juga hominin lain seperti Neanderthal. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami konteks sosial, ekonomi, dan budaya dari seni cadas ini selama Pleistosen akhir.
Sumber : Lukisan Gua Tertua di Dunia Ada di Sulawesi, Usianya 51.200 Tahun – Halaman 3 – National Geographic
Berita selengkapnya dapat Anda akses melalui aruna9news.com