Tren matcha terus berkembang, terutama di kalangan anak muda. Bukan hanya karena rasanya yang khas, tapi juga karena matcha dianggap lebih sehat dibanding kopi. Tak heran, banyak kafe kini menyajikan beragam menu berbahan dasar matcha, dari latte hingga dessert.

Matcha berasal dari tanaman Camellia sinensis, sama seperti teh hijau dan teh hitam. Bedanya, matcha ditanam dengan metode khusus yang meningkatkan kandungan klorofil dan asam amino. Daunnya dikeringkan lalu digiling hingga menjadi bubuk halus, sehingga semua nutrisi dalam daun ikut dikonsumsi.

Kandungan antioksidan dalam matcha, terutama EGCG, dikenal memiliki banyak manfaat seperti melawan peradangan, mendukung kesehatan jantung, menjaga gula darah, bahkan berpotensi melawan sel kanker. Matcha juga mengandung L-theanine, asam amino yang memberikan efek menenangkan, membuatnya cocok bagi yang sensitif terhadap kafein.

Di sisi lain, kopi juga memiliki manfaat serupa. Kandungan kafeinnya lebih tinggi, membuatnya efektif untuk meningkatkan energi dan fokus. Konsumsi kopi dalam batas wajar (3–4 cangkir per hari) diketahui bisa menurunkan risiko penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson.

Namun, baik matcha maupun kopi mengandung senyawa yang bisa mengganggu penyerapan zat besi jika dikonsumsi terlalu dekat dengan waktu makan. Keduanya juga bersifat asam dan bisa memicu ketidaknyamanan lambung pada sebagian orang.

Lalu, mana yang lebih baik? Jawabannya tergantung kebutuhan. Jika kamu butuh dorongan energi yang kuat dan sudah terbiasa dengan kafein, kopi bisa jadi pilihan. Tapi jika kamu ingin manfaat antioksidan tanpa efek “berdebar” berlebihan, matcha bisa jadi alternatif yang lebih bersahabat.

Yang terpenting, konsumsi keduanya dalam batas wajar dan sesuaikan dengan kondisi tubuhmu. Karena pada akhirnya, baik kopi maupun matcha sama-sama bisa jadi bagian dari gaya hidup sehat, asal tidak berlebihan.

Sumber: Kumparan News

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com