Rahasia di Balik Brankas Tua Museum Mandiri, Beratnya Bikin Takjub

Museum Mandiri memiliki koleksi brankas-brankas tua yang tersimpan di ruang bawah tanah. Di area ini, pengunjung dapat menemukan brankas dengan bobot mencapai 5 ton hingga sistem keamanan berlapis peninggalan masa kolonial. Bagi pencinta wisata sejarah, Museum Mandiri yang berlokasi di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, bisa menjadi destinasi menarik. Salah satu bagian paling unik dari museum ini berada di lantai bawah (souterrain), tempat deretan brankas kuno dengan berbagai bentuk dan ukuran dipamerkan. Istilah Brandkast mungkin sudah tidak asing bagi para pengunjung. Berdasarkan unggahan akun resmi Instagram Museum Mandiri (@museum_mandiri), kata tersebut berasal dari bahasa Belanda — Branden yang berarti “membakar” dan Kast yang berarti “lemari”. Jika digabungkan, maknanya adalah “lemari tahan api”, atau dalam bahasa Indonesia disebut lemari besi. Saat menuruni tangga menuju area basement, pengunjung akan disambut dengan deretan benda-benda antik yang tertata dengan apik. Di antara koleksi tersebut, yang paling menarik perhatian adalah berbagai jenis brankas lengkap dengan kuncinya. Ukurannya pun beragam, mulai dari yang mungil hingga sebesar lemari besar. Koleksi brankas yang dipamerkan di Museum Mandiri merupakan warisan dari bank-bank yang menjadi cikal bakal Bank Mandiri, seperti NHM (Nederlandsche Handel-Maatschappij) serta beberapa bank yang berdiri setelah Indonesia merdeka. Dahulu, brankas-brankas ini digunakan untuk menyimpan aset penting, mulai dari uang tunai hingga dokumen berharga.
Saat menuruni tangga menuju area basement, pengunjung akan disambut dengan deretan benda-benda antik yang tertata dengan apik. Di antara koleksi tersebut, yang paling menarik perhatian adalah berbagai jenis brankas lengkap dengan kuncinya. Ukurannya pun beragam, mulai dari yang mungil hingga sebesar lemari besar. Koleksi brankas yang dipamerkan di Museum Mandiri merupakan warisan dari bank-bank yang menjadi cikal bakal Bank Mandiri, seperti NHM (Nederlandsche Handel-Maatschappij) serta beberapa bank yang berdiri setelah Indonesia merdeka. Dahulu, brankas-brankas ini digunakan untuk menyimpan aset penting, mulai dari uang tunai hingga dokumen berharga. Brankas-brankas di Museum Mandiri dibuat dari baja tebal yang dirancang untuk tahan terhadap berbagai risiko, termasuk kebakaran dan banjir, sehingga isi di dalamnya tetap aman. Salah satu koleksi yang paling menonjol adalah pintu brankas raksasa dengan berat sekitar 5 ton—setara dengan bobot seekor gajah Asia. Dahulu, pintu baja ini digunakan untuk mengamankan ruang penyimpanan deposito ketika gedung Museum Mandiri masih berfungsi sebagai kantor NHM, dengan dinding setebal satu meter. Ruang koleksi ini berada di lantai bawah Museum Mandiri dan bisa diakses melalui pintu samping gedung atau tangga dari lantai dasar. Di bagian timur ruangan, pengunjung dapat menemukan berbagai merek brankas antik seperti Fichet, De Haas, Lips Belanda, Hobs, Hart & Co, Milners, hingga Waltz Safe & Lock Co dari Prancis. Brankas terbesar berukuran panjang 170 cm, lebar 75 cm, dan tinggi 200 cm. Semua koleksi tersebut dikumpulkan dari cabang-cabang Bank Mandiri di berbagai daerah, termasuk Bandung, Cirebon, Surabaya, dan Medan. Lantai bawah gedung De Factorij NHM, yang kini menjadi Museum Mandiri, juga memiliki Ruang Kluis seluas 924 meter persegi. Setiap pintu baja di ruangan ini dilengkapi dengan dua sistem keamanan ganda: sistem dial kombinasi angka rahasia dan pengunci waktu berbasis tiga jam mekanik yang langsung terhubung ke pintu. Menariknya, sistem keamanan serupa juga diterapkan di kantor pusat NHM di Amsterdam. Berdasarkan kontrak tertanggal 24 Februari 1925, perusahaan tersebut memasok 13 pintu brankas baja berat dengan lapisan tahan api ganda—teknologi keamanan yang tergolong maju pada masanya. Nuansa historis di ruang bawah tanah inilah yang menjadi daya tarik utama bagi pengunjung Museum Mandiri.











