Respons Bijak Bos Indofood Terhadap Kebijakan Tarif Trump 19%: “Kami Sudah Siap!”

Direktur Indofood Fransiscus Welirang menunjukkan sikap tenang dan strategis dalam menghadapi kebijakan tarif baru Amerika Serikat, sambil menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkuat kerja sama perdagangan bilateral.

Strategi Diversifikasi yang Telah Teruji

Ketika Presiden Donald Trump mengumumkan tarif 19% untuk seluruh produk ekspor Indonesia ke pasar Amerika Serikat, dunia bisnis Indonesia bereaksi dengan berbagai respons. Namun, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Fransiscus Welirang, menunjukkan sikap yang sangat tenang dan terukur.

“Indofood tidak pernah mengandalkan strategi ‘semua telur dalam satu keranjang’,” ungkap Welirang dengan percaya diri. Pernyataan ini mencerminkan kebijakan procurement yang telah diterapkan perusahaan sejak lama, di mana mereka selalu memperoleh gandum melalui pasar yang kompetitif secara komersial dari berbagai negara.

Jejak Kerja Sama Panjang dengan Amerika Serikat

Menariknya, hubungan Indonesia dengan gandum Amerika ternyata telah terjalin sangat lama. Sejak tahun 1969, industri terigu Indonesia telah menggunakan gandum dari Amerika Serikat, menunjukkan konsistensi dan kepercayaan yang telah teruji waktu.

Sebagai Ketua Asosiasi Pabrikan Terigu Indonesia, Welirang menjelaskan bahwa pembelian gandum secara bebas merupakan hak fundamental setiap pabrikan anggota. Mereka berhubungan langsung dengan perusahaan dagang Amerika dalam praktik yang telah berjalan puluhan tahun.

Komitmen Besar untuk Masa Depan

Yang paling menggembirakan adalah komitmen besar yang baru saja ditandatangani. Melalui Nota Kesepahaman antara Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) dengan U.S. Wheat Associates pada 7 Juli 2025, Indonesia berkomitmen untuk melipatgandakan pembelian gandum Amerika menjadi 1 juta metrik ton setiap tahun selama lima tahun ke depan.

“Dengan meningkatkan pembelian gandum AS, kami tidak hanya mengamankan komoditas berkualitas tinggi untuk pasar yang terus berkembang, tetapi juga berkontribusi pada hubungan perdagangan yang lebih seimbang,” jelasnya dengan antusias.

Pasar yang Dinamis dan Penuh Peluang

Indonesia sebagai salah satu importir gandum terbesar dunia memiliki posisi yang sangat strategis. Konsumsi gandum untuk keperluan makanan telah meningkat 22 persen dalam satu dekade terakhir, menunjukkan pertumbuhan yang sangat positif.

Saat ini, Indonesia mengimpor gandum dari tidak kurang dari 20 negara, termasuk Australia, Kanada, Brasil, Argentina, Ukraina, negara-negara Eropa Timur, India, China, dan Pakistan. Diversifikasi ini memastikan stabilitas pasokan dan harga yang kompetitif.

Langkah Strategis Menuju Target Ambisius

Berdasarkan perjanjian terbaru, Aptindo setuju untuk membeli minimal 800.000 metrik ton gandum Amerika pada tahun 2025, kemudian meningkat 25 persen menjadi 1 juta metrik ton atau setara dengan $250 juta setiap tahunnya hingga 2030.

Pencapaian ini dimungkinkan berkat penyelesaian hambatan fitosanitari yang telah diselesaikan pada pertengahan Juni 2025, setelah 18 bulan koordinasi intensif antara USDA dan Badan Karantina Indonesia.

Pandangan Optimis untuk Industri Ekspor

Meskipun kebijakan tarif AS berpotensi mempengaruhi industri ekspor Indonesia seperti alas kaki, tekstil, dan komponen elektronik, Welirang menunjukkan optimisme bahwa sektor impor gandum tidak akan terganggu secara signifikan.

Sikap profesional dan strategis yang ditunjukkan oleh pemimpin industri Indonesia ini mencerminkan kematangan dalam menghadapi dinamika perdagangan global, sambil tetap mempertahankan hubungan baik dengan mitra dagang tradisional.

Sumber : cnbcindonesia.com
Berita selengkapnya dapat Anda akses melalui aruna9news.com

Leave A Comment