Singapura dalam 3 Hari: Wisata Santai untuk Makan, Shopping, dan Healing

Last Updated: 21 Juli 2025By Tags: ,

Gaya Traveling yang Berubah Seiring Waktu

Cara saya menikmati perjalanan saat ini benar-benar berbeda dibanding ketika saya masih berusia 20-an hingga pertengahan 30-an. Dahulu, saya cenderung ambisius dan ingin mengunjungi sebanyak mungkin tempat wisata dalam satu kota atau negara. Namun, sejak tahun lalu, saya mulai menikmati gaya liburan yang lebih santai. Mungkin karena usia, atau karena sudah sering bolak-balik ke destinasi yang sama, kini saya lebih suka bersantai dan menikmati suasana dengan perlahan. Hal itu terlihat jelas saat liburan terakhir saya ke Singapura minggu lalu. Meskipun bukan tempat baru, Singapura tetap memiliki daya tarik yang membuat saya betah dan selalu ingin kembali.

Jika dulu saya sibuk mengejar tempat-tempat wisata yang belum sempat saya datangi, kali ini saya lebih memilih bersantai di kafe, mencicipi kopi, makan enak di restoran, dan berbelanja di berbagai mal di kawasan Orchard Road. Walau sudah sering ke sana, selalu saja ada hal baru yang bisa dibagikan dari setiap perjalanan ke Singapura.

Kemudahan Proses di Bandara Changi

Satu hal yang tak bisa dilewatkan adalah pengalaman luar biasa saat tiba di Bandara Changi. Proses imigrasi di sini begitu cepat dan praktis, berkat sistem autogate yang efisien. Bahkan, SG Arrival Card yang sudah saya isi sebelumnya tidak diperiksa secara manual. Hanya dalam waktu kurang dari lima menit setelah keluar dari imigrasi, koper saya sudah muncul di conveyor belt — bandingkan dengan pengalaman saya di Bandara Ngurah Rai Bali yang kadang butuh waktu hingga satu jam hanya untuk menunggu bagasi.

Saat hendak kembali ke Bali, saya dan Adrien menggunakan mesin self check-in untuk koper, tanpa perlu antre di konter. Masuk imigrasi pun lewat autogate, sehingga semuanya terasa cepat dan tanpa hambatan. Alhasil, saya punya waktu lebih banyak untuk menjelajah area duty-free, mampir ke Jewel, atau sekadar menikmati makanan di bandara. Praktis dan efisien!

Menginap Strategis di Orchard Road

Karena fokus utama trip ini adalah belanja dan mencari barang, saya memilih menginap di Orchard Road — pusat perbelanjaan utama di Singapura. Hotel yang saya pilih adalah Concorde Hotel Singapore, hotel bintang 4 yang lokasinya sangat strategis. Hanya beberapa langkah ke ION Orchard dan Takashimaya, serta dekat dengan 313@Somerset. Dari Bandara Changi, kami langsung naik taksi menuju hotel.

Meski bangunannya terlihat klasik dan agak tua seperti era 80-an, hotel ini nyaman dan mendapat ulasan positif. Kamar yang kami tempati cukup luas, sekitar 31 meter persegi, dengan kamar mandi yang tampaknya baru direnovasi. Selama dua malam menginap di sana, tarifnya sekitar 250 SGD per malam. Salah satu kelebihan lainnya: ada halte bus tepat di depan hotel, jadi tinggal tap kartu kredit, langsung jalan deh!

Tempat Nongkrong dan Belanja Seru di Singapura

1. Clarke Quay
Setelah tiba di Singapura siang hari, saya dan Adrien langsung menyusuri berbagai mal di Orchard Road sambil menunggu waktu check-in. Sore harinya, kami menuju Clarke Quay untuk bertemu teman lama dari Singapura, Jeffery. Saya perhatikan, suasana Clarke Quay sekarang terasa lebih tenang dibanding beberapa tahun lalu. Jeffery bilang, tren sekarang orang-orang lebih senang menghabiskan waktu di rumah daripada keluar nongkrong.

Kami makan malam di sebuah tempat makan ala Izakaya yang cukup ramai di Clarke Quay, kawasan hiburan malam populer di Singapura yang dikenal dengan deretan bar, kafe, dan restoran di tepi sungai. Selain makan, kamu juga bisa mencoba tur perahu yang menyusuri area dari Clarke Quay, Boat Quay hingga Marina Bay. Saya juga sempat mampir ke The Parents Company, pop-up store asal Malaysia yang menjual produk kosmetik dan parfum mini orisinal dari berbagai brand ternama.

2. Joo Chiat
Akhirnya saya bisa mengunjungi Joo Chiat, kawasan bersejarah yang sudah lama ada di daftar destinasi impian saya. Berada di bagian timur Singapura, daerah ini terkenal dengan rumah-rumah Peranakan berwarna-warni yang sangat fotogenik. Dari Orchard, kami naik bus sekitar 36 menit untuk sampai ke sana. Meski cuacanya cukup terik, untungnya suasana di sekitar rumah-rumah itu cukup sepi, jadi puas banget untuk foto-foto.

Rumah-rumah Peranakan yang terkenal biasanya berada di Koon Seng Road. Selain foto-foto, kamu juga bisa mampir ke toko-toko suvenir Peranakan yang menjual barang-barang cantik. Peranakan sendiri merupakan budaya unik hasil perpaduan antara etnis Tionghoa dan Melayu sejak abad ke-15. Kamu bisa melihat kekayaan budaya ini dari arsitektur, makanan, bahkan bahasa mereka.

Setelah puas menjelajah, kami mampir ke Big Short Coffee — salah satu kedai kopi dengan rating tinggi di Google. Tempatnya memang kecil, tapi ramai karena kopi mereka diracik dengan teknik yang inovatif, mirip seorang mixologist membuat cocktail. Kami mencoba flat white dan duck shit miso — campuran freddo espresso dengan oolong, white miso, butterscotch, dan susu. Rasanya unik dan wajib dicoba!

3. Chijmes
Chijmes dulunya adalah biara Katolik, tapi sekarang sudah diubah menjadi area gaya hidup yang modern. Terletak tidak jauh dari Bugis Junction, tempat ini menawarkan banyak pilihan tempat makan, kafe, dan bar kekinian. Sebenarnya saya ingin mampir ke bar Analogue, tapi ternyata sudah tutup. Jadi, kami akhirnya nongkrong di The Glasshouse, kafe dengan suasana yang nyaman, cocok untuk ngopi santai atau kerja sambil nongkrong.

Itu tadi pengalaman saya menikmati Singapura dengan cara yang lebih santai. Meskipun sudah beberapa kali berkunjung, kota ini selalu punya sisi menarik yang baru untuk dijelajahi. Cocok banget buat kamu yang ingin liburan ringan tanpa harus terburu-buru mengejar itinerary padat.

Sumber : The Island Girl Adventures

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com

Leave A Comment