Smiling Depression, Depresi Tersembunyi di Balik Wajah Ceria
Tidak semua senyuman mencerminkan kebahagiaan sejati. Sebagian orang tampak ceria, produktif, dan ramah, padahal diam-diam menyimpan beban emosional yang berat. Kondisi ini dikenal sebagai smiling depression — bentuk depresi tersembunyi di balik wajah yang tampak bahagia.
Apa Itu Smiling Depression?
Menurut psikolog klinis Arnold Lukito, smiling depression atau dikenal juga dengan istilah high-functioning depression, merupakan kondisi ketika seseorang mengalami gejala depresi, namun tetap bisa menjalani aktivitas harian secara normal.
“Orang yang mengalami kondisi ini tetap bisa tersenyum, bekerja, dan berinteraksi seperti biasa, tetapi di balik itu semua, mereka sedang berjuang dengan perasaan yang kacau balau,” ujar Arnold dalam wawancara bersama CNNIndonesia.com (3/8).
Tuntutan peran sebagai orang tua, pasangan, atau bahkan pemimpin, sering kali membuat seseorang merasa tidak memiliki ruang untuk terlihat rapuh. Banyak dari mereka menutupi kondisi emosionalnya karena takut dinilai lemah.
Stigma Masih Menjadi Penghalang
Stigma sosial terkait kesehatan mental turut memperburuk situasi. Di masyarakat, perasaan sedih atau stres masih sering dianggap sebagai tanda kurang bersyukur atau kurang iman.
“Banyak orang tumbuh dengan anggapan bahwa menunjukkan emosi adalah hal yang tidak sopan atau merepotkan. Pola ini terbawa hingga dewasa, dan membuat mereka terbiasa menyimpan semua perasaan sendiri,” tambah Arnold.
Tanda-Tanda Smiling Depression yang Perlu Diwaspadai
Meski tampak samar, berikut beberapa ciri-ciri smiling depression yang penting dikenali:
-
Tersenyum di luar, merasa kosong di dalam
Tampak bahagia dan aktif, tapi merasakan kehampaan saat sendirian. -
Produktif tanpa semangat
Menyelesaikan tugas sehari-hari, tapi kehilangan makna dan antusiasme. -
Sulit mengakui masalah pribadi
Merasa bersalah karena sedih, sehingga enggan mencari bantuan. -
Menekan emosi negatif
Jarang menunjukkan kekecewaan atau kemarahan, semuanya dipendam. -
Kelelahan emosional berkepanjangan
Merasa lelah meskipun aktivitas fisik tidak terlalu berat, karena energi terkuras untuk berpura-pura. -
Enggan mengeluh karena merasa tidak layak
Sering membandingkan masalah sendiri dengan orang lain, dan akhirnya memilih diam.
Pentingnya Ruang Aman dan Dukungan Sosial
Arnold menekankan pentingnya menciptakan ruang aman untuk berbicara soal perasaan, baik di lingkungan keluarga, pertemanan, maupun tempat kerja. Menurutnya, menormalisasi percakapan emosional bisa menjadi langkah awal untuk mencegah kondisi ini semakin parah.
“Cukup dengan bertanya dengan empati seperti, ‘Kamu benar-benar baik-baik saja?’ bisa membuka ruang bagi orang untuk jujur,” tuturnya.
Mencari Bantuan Bukan Tanda Kelemahan
Ia juga mendorong masyarakat untuk tidak ragu mendukung teman atau keluarga yang membutuhkan bantuan profesional. Mencari pertolongan ke psikolog atau konselor adalah bentuk keberanian, bukan kelemahan.
“Langkah mencari bantuan justru menunjukkan kekuatan untuk menjaga kesehatan mental diri sendiri dan orang-orang tercinta,” pungkas Arnold.
Kesimpulan: Jangan Anggap Remeh Senyuman
Smiling depression menunjukkan bahwa seseorang bisa terlihat bahagia di luar, namun mengalami pergolakan batin yang hebat. Penting bagi kita untuk lebih peka terhadap tanda-tanda ini dan membangun lingkungan yang mendukung kesehatan mental secara terbuka.
Jika kamu atau orang terdekatmu merasa mengalami kondisi serupa, jangan ragu untuk bicara dan mencari bantuan profesional. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
sumber: CNN News
Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com