Survei KIC: Pemanfaatan AI di Industri Indonesia Masih Terbatas
Survei KIC: Pemanfaatan AI di Industri Indonesia Masih Terbatas
Jakarta – Teknologi kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, pemanfaatannya oleh pelaku industri di dalam negeri masih tergolong terbatas. Hal ini menjadi salah satu temuan dalam laporan Katadata Insight Center (KIC) berjudul Kedaulatan AI untuk Memberdayakan Indonesia.
Laporan tersebut mengungkap bahwa lebih dari 80 persen bisnis di Indonesia sudah mulai berinvestasi atau menggunakan AI dalam operasionalnya. Namun, hanya 13 persen yang telah mengadopsi AI secara advanced. “Secara umum tingkat adopsi AI di Indonesia masih berada di tahap awal tetapi menunjukkan perkembangan yang signifikan,” tulis laporan tersebut.
Indonesia Masih di Tahap “Taker” dalam Adopsi AI
Dalam risetnya, KIC mengklasifikasikan implementasi AI di Indonesia berdasarkan kerangka McKinsey ke dalam tiga kategori: Taker, Shaper, dan Maker.
- Taker: Pengguna teknologi AI tanpa kustomisasi.
- Shaper: Pengguna yang mampu memodifikasi teknologi AI.
- Maker: Pengguna yang mampu menciptakan AI sendiri.
Saat ini, pemanfaatan AI di Indonesia masih berada di tahap Taker, di mana perusahaan hanya menggunakan model yang sudah tersedia tanpa inovasi lebih lanjut. Teknologi seperti chatbot banyak diadopsi oleh perusahaan dan institusi publik sebagai solusi dasar berbasis AI.
“AI jenis ini paling mudah dan murah untuk diimplementasikan serta memberikan manfaat langsung yang jelas bagi masyarakat,” demikian riset KIC. Namun, banyak perusahaan swasta masih dalam tahap riset dan pengembangan (R&D) untuk solusi AI yang lebih canggih.
AI dan Peluang Transformasi Ekonomi
Menurut riset Kearney yang dikutip oleh KIC, AI memiliki dampak besar terhadap nilai tambah dalam rantai bisnis, terutama dalam penjualan dan pemasaran serta rantai pasok. Studi tersebut juga menyebutkan bahwa pemanfaatan AI berpotensi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp2.612 triliun pada 2030.
“Penting bagi Indonesia untuk masuk ke fase Shaper dan Maker serta menciptakan game-changing AI agar dapat bersaing secara global dan memastikan kedaulatan AI nasional,” tulis laporan KIC.
Indosat Ooredoo Hutchison Jadi Pemimpin Transformasi AI
Di sektor swasta, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) menjadi salah satu perusahaan yang tengah bertransformasi menuju Shaper. Indosat memiliki visi untuk menjadi perusahaan AI TechCo dan telah meluncurkan berbagai inisiatif berbasis AI, antara lain:
- Bermitra dengan NVIDIA pada awal 2024 untuk menghadirkan unit pemroses grafis (GPU Blackwell).
- Mendirikan Indosat AI Experience Center di Solo Technopark, bekerja sama dengan NVIDIA dan Huawei.
- Meluncurkan GPU Merdeka bersama Lintasarta, NVIDIA, dan Accenture untuk menyediakan platform AI cloud bagi bisnis nasional.
- Bekerja sama dengan GoTo untuk meluncurkan Sahabat-AI, ekosistem large language model (LLM) open-source berbahasa Indonesia.
Selain itu, Indosat juga telah mengimplementasikan AI dalam operasionalnya, seperti Digital Intelligence Operation Center (DIOC) yang menganalisis performa jaringan secara real-time dan melakukan pemeliharaan preventif.
Menurut KIC, langkah-langkah yang dilakukan Indosat telah menetapkan standar baru dalam inovasi AI di Indonesia. Tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga membangun ekosistem AI yang inklusif.
Dengan semakin banyak perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi AI, diharapkan Indonesia dapat bergerak ke tahap Shaper dan Maker untuk mencapai kedaulatan teknologi dan bersaing di tingkat global.
Sumber : https://katadata.co.id/digital/teknologi/67b31248998f5/survei-kic-pemanfaatan-ai-oleh-industri-ri-baru-tahap-awal