Terobosan Baru! Google Kembangkan AI untuk Prediksi Badai Siklon Tropis Lebih Akurat, Gandeng Pusat Badai AS

Raksasa teknologi Google dikabarkan tengah berada di garis depan inovasi dalam prediksi cuaca ekstrem. Perusahaan ini dilaporkan sedang mengembangkan model kecerdasan buatan (AI) baru yang revolusioner untuk meramalkan potensi terjadinya badai siklon tropis dengan akurasi yang belum pernah ada sebelumnya. Dalam upaya serius ini, Google menggandeng Pusat Badai Nasional AS (NHC) untuk menguji efektivitas model AI tersebut.

Model AI yang dikembangkan oleh tim ahli dari Google DeepMind dan Google Research ini disajikan dalam sebuah situs web interaktif bernama Weather Lab. Model AI ini dirancang khusus untuk memprediksi kapan badai akan mencapai kekuatan tertentu, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang ancaman yang mungkin timbul.

Fitur paling menonjol dari model AI ini adalah kemampuannya untuk menghasilkan hingga 50 skenario potensial yang mencakup lintasan badai, ukuran, dan intensitasnya. Prediksi ini bahkan bisa dilakukan hingga 15 hari sebelum badai terjadi, memberikan waktu yang jauh lebih panjang bagi pihak berwenang dan masyarakat untuk mempersiapkan diri. NHC sendiri secara aktif bekerja sama dengan Google untuk mengevaluasi dan memvalidasi keakuratan model ini.

Tujuan utama dari pengembangan AI ini adalah untuk memperkuat prakiraan badai yang dikeluarkan oleh NHC, sehingga masyarakat dapat memperoleh peringatan yang lebih dini dan akurat. Dengan informasi yang lebih presisi, warga yang berada di area potensi lintasan badai akan memiliki waktu yang cukup untuk melakukan evakuasi dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.

“Kami berharap data ini dapat membantu meningkatkan prakiraan NHC dan memberikan peringatan dini dan lebih akurat untuk bahaya yang terkait dengan siklon tropis,” ungkap Google dalam laporan resminya.

Melalui situs web Weather Lab, publik dapat melihat bagaimana model AI Google membandingkan prediksinya dengan model berbasis fisika dari ECMWF (Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa). Namun, Google menekankan bahwa Weather Lab saat ini masih merupakan alat penelitian dan masih dalam proses pengembangan sebelum dapat diandalkan sepenuhnya oleh masyarakat luas.

Model deteksi siklon tropis ini dilatih menggunakan kumpulan data yang sangat besar dari arsip ERA5 Eropa, yang mencakup ratusan juta pengamatan cuaca yang dikumpulkan oleh berbagai badan cuaca di seluruh dunia. Data historis ini dikombinasikan dengan prediksi dari model cuaca tradisional untuk melatih AI agar mampu mengenali pola dan memprediksi kejadian.

Sebelumnya, Google juga telah sukses mengembangkan model prediksi cuaca AI bernama GenCast, yang juga dilatih menggunakan data ERA5. Model GenCast ini bahkan mengungguli salah satu model berbasis fisika terkemuka ECMWF sebanyak 97,2 persen, sebuah pencapaian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature pada Desember 2024.

Google juga menyatakan sedang menjalin kerja sama dengan Cooperative Institute for Research in the Atmosphere di Colorado State University serta para peneliti di Inggris dan Jepang. Kolaborasi ini bertujuan untuk terus meningkatkan kemampuan model cuaca AI mereka.

Penting untuk digarisbawahi, model AI ini diposisikan sebagai instrumen pembantu yang akan melengkapi teknik pengamatan cuaca yang sudah ada, bukan untuk menggantikan metode lama seperti pengamatan langsung. Di tengah perubahan iklim global yang menyebabkan peristiwa cuaca semakin ekstrem dan tidak menentu, kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data baru melalui AI ini menjadi krusial.

Sumber : Kumparan

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com

Leave A Comment