Tugu Unik di Wonosobo Ini Dibangun Hanya dengan Rp 50 Juta, Begini Prosesnya

Last Updated: 24 April 2025By Tags: , , ,

Sebuah karya seni monumental kini berdiri gagah di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo. Bernama Tugu Biawak, patung setinggi empat meter ini tengah menjadi sorotan masyarakat dan viral di media sosial karena desainnya yang realistis serta sarat nilai filosofis.

Dibangun dengan dana hanya sekitar Rp 50 juta, patung ini menjadi bukti nyata bahwa proyek publik berkualitas tinggi tak selalu membutuhkan anggaran miliaran. Lebih dari sekadar tugu hias, Tugu Biawak menyuarakan pentingnya pelestarian satwa lokal dan merepresentasikan semangat kolaborasi antara seniman, komunitas, serta program Corporate Social Responsibility (CSR) dari sejumlah BUMD Wonosobo.

1. Dibuat oleh Seniman Lokal, Rejo Arianto

Pengerjaan patung ini merupakan inisiatif Karang Taruna Desa Krasak, yang kemudian menggandeng Rejo Arianto, seniman lokal sekaligus alumnus ISI Surakarta, sebagai perancang dan pembuatnya. Dalam waktu hanya 1,5 bulan, Rejo berhasil menyulap ide menjadi karya nyata yang memukau.

“Untuk Wonosobo, saya tidak menghitung untung rugi. Ini adalah persembahan saya bagi Ibu Pertiwi,” ujar Rejo pada Rabu (23/4/2025).

Menurut Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, ini adalah proyek tugu pertama dari pemerintah daerah yang melibatkan Rejo, meskipun sebelumnya karyanya sudah menghiasi pendopo dan kantor pemerintahan.

2. Makna Filosofis: Simbol Alam dan Identitas Daerah

Pemilihan biawak sebagai objek tugu bukan sekadar estetika. Hewan ini merupakan fauna endemik di wilayah Wonosobo yang kini mulai langka. Sebagai predator alami, biawak punya peran penting menjaga keseimbangan ekosistem.

“Lewat karya ini, saya ingin masyarakat lebih peduli terhadap alam dan satwa lokal,” ujar Rejo. Ia menyebut seni sebagai media ekspresi yang menyampaikan pesan moral kepada masyarakat luas.

3. Anggaran Terbatas, Kualitas Tak Tertandingi

Dibandingkan proyek-proyek serupa di daerah lain, Tugu Biawak tampil menonjol. Misalnya, Tugu Penyu di Sukabumi yang menelan dana Rp 15,6 miliar namun rusak dalam hitungan bulan, atau Tugu Bulan Sabit di Kutai Timur yang menuai kontroversi karena bentuknya dinilai tidak proporsional. Bahkan Tugu Pesut Mahakam di Samarinda dengan anggaran Rp 1,1 miliar pun dianggap kurang representatif.

Tugu Biawak justru memikat banyak pihak dengan anggaran yang sangat minim. “Nilai seni itu penting, tapi efisiensi anggaran juga harus jadi pertimbangan,” kata Rejo.

4. Contoh Inspiratif untuk Proyek Daerah Lain

Lebih dari sekadar simbol desa, Tugu Biawak kini menjadi inspirasi pembangunan berbasis seni dan partisipasi masyarakat. Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan seniman bisa menghasilkan karya yang estetis, fungsional, dan penuh makna—tanpa harus boros anggaran.

“Semoga ini bisa menjadi referensi bagi daerah lain agar lebih bijak dalam mengalokasikan dana untuk pembangunan simbol-simbol daerah,” pungkas Rejo.

Sumber : Kompas

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com

[OPEN CAMPUS UNIVERSITAS ESA UNGGUL – 26 APRIL 2025]

Kamu penasaran gimana rasanya jadi mahasiswa Universitas Esa Unggul? Yuk, ikuti OPEN CAMPUS 2025 dan rasakan langsung pengalaman serunya kuliah di salah satu kampus terbaik di Indonesia!

Tanggal: Sabtu, 26 April 2025
Lokasi:

Kampus Jakarta – Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510

Kampus Bekasi – Jl. Harapan Indah Boulevard No. 2, Pusaka Rakyat, Kec. Tarumajaya, Bekasi, Jawa Barat 17214

Kampus Tangerang – Jl. Citra Raya Boulevard Blok. S 25/ 01, Kelurahan Panongan, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang, Banten 15711

Apa yang bisa kamu dapatkan?

Campus Tour langsung ke fasilitas kampus

Talkshow inspiratif dengan dosen & mahasiswa berprestasi

Info lengkap program studi & jalur masuk

Konsultasi jurusan & Sharing Season dari Narasumber terkemuka

Lets join us :

Leave A Comment