Usia 30-an Mulai Muncul Keriput? Intip Resep Anti Aging Alami dari Paka

Last Updated: 18 September 2025By Tags: , , ,

Masih Berpengaruhkah Produk Anti-Aging Atasi Kulit Keriput Lansia? -  KlikDokter

                      Selama ini, pembahasan soal umur panjang lebih banyak diwarnai pandangan pakar kesehatan laki-laki, dengan nada optimistis—laki-laki yang berumur panjang dianggap membawa harapan. Sebaliknya, ketika topiknya menyentuh perempuan, fokusnya justru pada solusi ‘anti-aging’, seolah proses penuaan perempuan adalah masalah.

“Padahal, tidak ada yang salah. Perempuan hanya menua dengan cara yang berbeda dari laki-laki,” ujar dr. Vonda Wright, pakar ortopedi dan longevity asal Orlando, Amerika Serikat, seperti dikutip dari CNN.

Melalui bukunya Unbreakable: A Woman’s Guide to Aging With Power, Wright berupaya mengubah sudut pandang tersebut. Ia menegaskan, perempuan bukan sekadar mampu hidup lebih lama, tapi juga bisa menjalani kehidupan yang lebih berkualitas.

Wright menyebut usia 35 hingga 45 tahun sebagai critical decade atau masa krusial. Di periode ini, perempuan disarankan lebih aktif menjaga kesehatan dengan memperkuat tubuh, mencegah munculnya penyakit, serta menjaga keseimbangan hormon.

“Seringkali orang berpikir masa terbaik perempuan sudah lewat. Padahal, justru di dekade inilah momen penting untuk mempersiapkan tubuh dan pikiran menghadapi proses penuaan,” ujar Wright. Ia menekankan bahwa langkah kecil sehari-hari—seperti menjaga kelenturan tubuh, mengatur asupan gizi dengan bijak, hingga membangun pola pikir positif—dapat menjadi investasi berharga agar perempuan tetap sehat, bugar, dan penuh vitalitas hingga usia tua.

Estrogen memegang peranan penting dalam proses penuaan perempuan. Wright menjelaskan, reseptor hormon ini terdapat hampir di seluruh organ, mulai dari otak, otot, hingga tulang.

Ketika kadar estrogen menurun, penuaan berlangsung lebih cepat. Dampaknya bisa cukup signifikan: massa tulang bisa hilang hingga 15–20 persen selama perimenopause—jauh lebih tinggi dibanding pria. Otak pun kehilangan sumber energi, yang meningkatkan risiko peradangan dan penyakit jantung, sekaligus memicu gangguan suasana hati dan menurunnya kualitas hidup.

Oleh karena itu, Wright menekankan pentingnya perempuan membuat keputusan soal terapi hormon berdasarkan informasi yang jelas, bukan rasa takut.

Ia juga berusaha meluruskan salah satu mitos terbesar: bahwa perempuan idealnya harus selalu kecil dan kurus.

“Fokusnya bukan sekadar menurunkan berat badan. Yang lebih penting adalah komposisi tubuh: lebih banyak massa otot dan lebih sedikit lemak. Tujuannya bukan kurus, melainkan kuat,” tegasnya.

Sebagai panduan praktis, Wright menyarankan konsumsi protein sekitar 1 gram per 500 gram berat badan ideal setiap hari untuk membantu membangun otot.

Wright menyarankan agar perempuan membatasi konsumsi gula serta karbohidrat sederhana karena bisa memicu peradangan kronis. Sebagai gantinya, ia menganjurkan untuk lebih banyak memilih real food dibanding makanan olahan ultraprocessed (UPF).

Untuk menjaga tubuh tetap bugar, ia merangkum pola olahraga dalam akronim FACE:

  • F (Flexibility): menjaga kelenturan sendi dan otot lewat yoga, pilates, tai chi, atau peregangan dinamis.

  • A (Aerobic): latihan kardio dengan porsi 80% intensitas rendah (seperti jalan cepat atau bersepeda santai) dan 20% intensitas tinggi (seperti sprint atau HIIT).

  • C (Carry a load): melatih kekuatan otot dan daya tahan dengan beban berat.

  • E (Equilibrium): meningkatkan keseimbangan serta kecepatan langkah untuk mengurangi risiko jatuh.

“Bagi banyak orang lanjut usia, jatuh bisa menjadi titik balik yang fatal. Karena itu, menjaga keseimbangan sama pentingnya dengan membangun kekuatan,” tegas Wright.

Wright menegaskan bahwa pada usia lanjut, jatuh sering menjadi titik balik yang berbahaya, sehingga menjaga keseimbangan sama pentingnya dengan membangun kekuatan fisik.

Ia juga menggarisbawahi hubungan erat antara kesehatan tubuh dan pikiran. Menurutnya, olahraga tidak hanya memperkuat otot, tetapi juga membangun ketahanan mental.
“Setiap kali selesai latihan beban, ada rasa tak terkalahkan. Kepercayaan diri itu tumbuh seiring dengan bertambahnya kekuatan otot,” jelasnya.

Selain itu, Wright mengingatkan perempuan untuk berani memprioritaskan diri sendiri. “Banyak perempuan menempatkan kebutuhan orang lain di atas dirinya. Padahal, kita juga berhak berinvestasi pada kesehatan diri setiap hari,” katanya.

Baginya, penuaan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dilawan, melainkan fase hidup yang dapat dijalani dengan penuh energi dan makna.
“Kita bisa menua secara vital, sehat, aktif, dan penuh kebahagiaan. Perempuan bukan sosok rapuh—kita kuat dan tak tergoyahkan,” tutup Wright.

Sumber: detikHealth

Berita Selengkapnya bisa anda lihat di aruna9news.com

Leave A Comment