Waspada Konsumsi Ultra Processed Food, Berisiko Picu 12 Penyakit Serius

Last Updated: 4 Desember 2025By Tags: ,

Sebuah publikasi terbaru di jurnal The Lancet, yang merupakan bagian dari rangkaian tiga makalah, mengungkapkan bahwa konsumsi Ultra Processed Food (UPF) terus meningkat secara global. UPF adalah kategori makanan dalam klasifikasi NOVA yang dikembangkan pada 2009 oleh Prof. Carlos Monteiro dari Universitas São Paulo, Brasil. Kategori ini mencakup berbagai produk makanan industri yang banyak mengandung bahan tambahan.

Makalah tersebut, yang merangkum penelitian terbaru, tinjauan ilmiah, hingga meta-analisis, memperkuat bukti bahwa konsumsi UPF berkaitan dengan meningkatnya risiko berbagai masalah kesehatan.

Makalah kedua dalam seri itu menyoroti pentingnya kebijakan internasional untuk membatasi konsumsi UPF, sementara makalah ketiga menyerukan adanya upaya kesehatan masyarakat yang lebih kuat guna menekan tren meningkatnya konsumsi makanan ultra-proses di seluruh dunia.

UPF diklasifikasikan sebagai Grup 4 NOVA, yaitu makanan olahan industri dengan berbagai formulasi bahan tambahan yang diproses menggunakan teknologi dan teknik pengolahan khusus. Contoh produk UPF antara lain:

  • sup kalengan

  • roti komersial

  • makanan beku siap saji

  • produk kemasan siap santap

  • daging olahan

  • soda dan minuman energi

  • camilan seperti keripik, cookies, dan crackers

  • sereal sarapan manis

Carlos A. Monteiro menyampaikan bahwa meningkatnya konsumsi UPF telah mengubah pola makan masyarakat dunia dengan menggusur makanan segar dan minim proses. Ia menilai perubahan ini dipicu oleh perusahaan besar yang memperoleh keuntungan dari produk ultra-proses melalui pemasaran masif dan tekanan politik untuk menahan kebijakan yang mendukung pola makan lebih sehat.

Berdasarkan tinjauan terhadap 104 studi jangka panjang, para peneliti menemukan 92 penelitian yang menunjukkan hubungan antara konsumsi UPF dan meningkatnya risiko 12 penyakit dan masalah kesehatan, antara lain:

  • obesitas abdominal

  • kematian dari segala penyebab

  • penyakit kardiovaskular

  • penyakit ginjal kronis

  • penyakit serebrovaskular

  • penyakit jantung koroner

  • penyakit Crohn

  • depresi

  • hipertensi

  • dislipidemia

  • overweight dan obesitas

  • diabetes tipe 2

Menurut ahli gizi Monique Richard, MS, RDN, LDN, mengurangi UPF tidak harus dilakukan secara drastis. Langkah awal adalah memahami kondisi pribadi, ketersediaan bahan makanan, dan kemampuan masing-masing individu untuk berubah.

Richard menekankan bahwa tugas ahli gizi adalah membantu masyarakat menerapkan bukti ilmiah dalam kebiasaan sehari-hari yang sederhana dan realistis. Prinsip utama yang ia tekankan adalah “tambahkan dulu sebelum mengurangi.”

Dengan mulai menambahkan makanan bernutrisi seperti buah, kacang-kacangan, sayuran, atau makanan utuh lainnya konsumsi UPF akan berkurang secara alami.

Ia juga menyarankan untuk memilih alternatif yang lebih sehat namun tetap praktis. Produk dengan banyak gula, tepung olahan, minyak, emulsifier, atau stabilizer besar kemungkinan termasuk UPF. Pilihan minuman seperti air dengan irisan buah atau herbal dapat menggantikan minuman manis.

Untuk protein, pilih makanan yang minim proses seperti ayam rotisserie, yogurt, tahu, atau kacang-kacangan. Metode memasak sederhana seperti memanggang atau membakar juga lebih baik dibanding makanan tepung dan gorengan.

Richard mendorong kebiasaan memasak di rumah meski dengan menu sederhana. Bahkan satu kali makan rumahan setiap hari dapat memberikan manfaat. Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan memasak dan makan bersama keluarga berdampak positif jangka panjang, tak hanya untuk nutrisi tetapi juga kesehatan secara keseluruhan.

Ia menambahkan bahwa membangun pola makan dari bahan-bahan utuh sayuran, telur, kacang-kacangan, biji-bijian, dan bumbu dapur lebih baik daripada bergantung pada makanan yang sarat bahan tambahan.

sumber: detikhealth

berita selengkapnya anda bisa akses melalui :aruna9news.com

Leave A Comment