Sorotan Dunia: Kisruh Ormas vs Investasi BYD di Indonesia, Bagaimana Kelanjutannya?
Jakarta – Riak-riak dalam dunia investasi otomotif Tanah Air kembali menjadi perbincangan hangat setelah kabar gangguan preman terhadap proyek pembangunan pabrik mobil listrik BYD di Subang, Jawa Barat, tidak hanya viral di dalam negeri tetapi juga menyita perhatian media internasional.
Proyek Tetap Melaju di Tengah Isu
Head of Marketing PR and Government Relation BYD Motor Indonesia, Luther T Panjaitan, memberikan angin segar di tengah kekhawatiran publik. “Untuk di Indonesia sementara ini semuanya berjalan lancar,” tegasnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Luther menekankan bahwa meskipun ada dinamika di lapangan, perusahaan telah berhasil menangani situasi tersebut dengan baik. “Sampai saat ini proses pembangunan pabrik kita itu berjalan dengan lancar. Kita sudah bisa selesaikan dengan tarif dan kesesuaian dengan standar pengembangan pabrik yang sudah kita lakukan,” jelasnya dengan optimis.
BYD saat ini fokus pada penyelesaian pembangunan pabrik sesuai jadwal yang telah direncanakan, menegaskan komitmen perusahaan terhadap investasi di Indonesia.
Dari Viral ke Panggung Internasional
Kabar mengenai gangguan preman ormas terhadap investasi BYD pertama kali mencuat setelah Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno membagikan unggahan di akun Instagram pribadinya. Dalam video kunjungannya ke pabrik BYD di Shenzen, China, Eddy mengungkapkan keprihatinannya atas gangguan premanisme yang dialami proyek investasi di Subang.
Informasi ini dengan cepat menjadi perbincangan nasional dan menarik perhatian pejabat tinggi, termasuk para menteri Kabinet Merah Putih dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Yang lebih mengejutkan, isu ini berhasil menembus media internasional melalui South China Morning Post. Dalam artikel berjudul “Indonesia’s EV revolution held hostage by ‘preman’ gangster problem” yang terbit pada 4 Mei 2025, media Hong Kong tersebut menyoroti bagaimana ambisi Indonesia menjadi raja kendaraan listrik di Asia Tenggara harus berhadapan dengan tantangan premanisme.
Tidak Hanya BYD yang Terdampak
Artikel South China Morning Post juga menyebutkan pernyataan Moeldoko yang mengungkapkan bahwa VinFast, pabrikan mobil listrik asal Vietnam, mengalami gangguan serupa dalam pembangunan pabriknya di Indonesia.
Media tersebut bahkan mempertanyakan kemampuan pemerintah Indonesia dalam menangani isu premanisme yang berpotensi mengganggu iklim investasi: “Bagi negara yang ingin jadi pusat manufaktur kendaraan listrik terkemuka, pertanyaannya adalah dapatkah pemerintah mengekang preman tanpa membuat kesepakatan?”
Pemerintah Bertekad Memberantas Premanisme
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita tidak menyembunyikan kegeramannya terhadap praktik premanisme yang mengancam iklim investasi. Dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI beberapa waktu lalu, ia menegaskan komitmen pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
“Premanisme memang nggak boleh terjadi, karena itu pasti akan mengganggu upaya kita untuk menciptakan investment climate yang bagus, yang baik. Pemerintah sudah mempunyai komitmen untuk memberantas premanisme yang terjadi di lapangan,” kata Agus dengan tegas.
Masa Depan Elektrifikasi Otomotif Indonesia
Di tengah tantangan ini, industri kendaraan listrik Indonesia tetap menunjukkan potensi besar. Dengan kedatangan pemain global seperti BYD dan VinFast, Indonesia berpeluang menjadi pusat produksi kendaraan listrik terkemuka di kawasan Asia Tenggara, selaras dengan visi pemerintah untuk mengakselerasi transisi energi dan pengembangan ekonomi hijau.
Kemampuan pemerintah menangani isu premanisme akan menjadi kunci penting dalam menjaga kepercayaan investor global dan memastikan kelancaran transformasi industri otomotif nasional menuju era elektrifikasi.
Sumber : cnbcindonesia.com
Berita selengkapnya dapat Anda akses melalui aruna9news.com