Konsumsi Tinggi dan Literasi Rendah Dinilai Jadi Penyebab Banyak Perempuan Kena Pinjol

Last Updated: 29 April 2025By Tags: , ,

TANGERANG — Sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rakhmat Hidayat, menyatakan ada dua faktor utama yang membuat perempuan lebih rentan terhadap jeratan pinjaman online (pinjol) dibandingkan laki-laki. Faktor pertama adalah ekonomi, di mana tingkat literasi keuangan perempuan dinilai masih rendah, termasuk dalam hal memahami pinjol.
“Secara ekonomi, perempuan memiliki keterbatasan pengetahuan tentang pinjol, risikonya, serta dampaknya,” ujar Rakhmat kepada Kompas.com pada Selasa (29/4/2025).
Selain faktor ekonomi, aspek sosial juga berkontribusi. Menurut Rakhmat, perempuan memiliki kebutuhan konsumsi yang lebih beragam, mulai dari perawatan diri, fashion, hingga keperluan rumah tangga, sehingga pengeluaran mereka lebih besar.
“Karena kebutuhan konsumsinya tinggi, perempuan cenderung mencari sumber dana tambahan, seperti melalui pinjaman online, saat pendapatan tidak mencukupi,” jelasnya.
Rakhmat menambahkan, baik ibu rumah tangga, pekerja profesional, maupun mahasiswa, semuanya mengalami tekanan konsumsi meski dengan latar belakang motivasi berbeda. Misalnya, pada kelompok menengah, konsumsi seringkali dipengaruhi oleh media sosial dan iklan digital, yang memacu gaya hidup dan kebutuhan pembiayaan tambahan.
“Untuk kelompok bawah, penggunaan pinjol lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan dasar akibat keterbatasan pendapatan. Sementara pada kelas menengah, lebih untuk menunjang gaya hidup dan status sosial,” papar Rakhmat.
Ia juga menyoroti faktor demografis, yakni banyaknya jumlah perempuan menjadikan mereka sasaran potensial berbagai produk keuangan, termasuk pinjol.
“Perempuan menjadi target konsumsi global. Mereka lebih rentan terhadap tawaran kredit cepat karena faktor sosial,” ujarnya.
Karena itu, Rakhmat menekankan pentingnya peningkatan program literasi keuangan yang difokuskan pada perempuan, agar mereka bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan finansial.

Sebelumnya diberitakan, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta menerima 1.944 laporan dari korban pinjol selama periode 2018 hingga 2024. Dari jumlah tersebut, mayoritas korban adalah perempuan.
“Sebanyak 1.208 pengadu adalah perempuan, sedangkan laki-laki berjumlah 736 orang,” ungkap Direktur LBH Jakarta, Fadhil Alfathan, kepada Kompas.com pada Senin (28/4/2025).
Profil korban perempuan cukup beragam, mulai dari ibu rumah tangga, pegawai kantoran, pelajar, hingga mahasiswa, dengan rata-rata usia di rentang produktif, yaitu antara 20 hingga 50 tahun.

Sumber : Kompas.com

Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com

Leave A Comment