TikTok Bukan Sekadar Hiburan: Influencer Mempengaruhi Gaya Hidup Anak Muda
Pernah nggak sih kamu tiba-tiba pengen beli baju, skincare, atau ngopi di tempat aesthetic cuma gara-gara lihat influencer di TikTok? Tenang, kamu nggak sendiri. Di balik hiburan yang seru, TikTok ternyata menyimpan kekuatan besar dalam membentuk gaya hidup generasi muda. Sering kali anak muda fomo dengan apa yang ia lihat di TikTok. Seperti makanan-makanan viral, yang saat ini lagi trendy yaitu Bakso Keju Samrat. Netizen rela antri berjam-jam demi nyobain bakso yang viral di TikTok sudah pasti sebagian besar yang mencoba kalangan anak muda.
Menurut laporan We Are Social 2024, lebih dari 79% pengguna TikTok di Indonesia berasal dari rentang usia 16–24 tahun. Ini artinya, mayoritas penggunanya adalah remaja dan dewasa muda—kelompok yang sedang giat-giatnya mencari jati diri. Dan siapa yang jadi panutan mereka? Jawabannya: influencer TikTok.
Gaya Hidup: Lebih dari Sekadar Fashion
Gaya hidup bukan cuma soal cara berpakaian atau tempat nongkrong yang dikunjungi. Ia mencakup cara berpikir, kebiasaan harian, dan nilai-nilai yang diyakini. TikTok, melalui para influencernya, berhasil “menyisipkan” gaya hidup baru ke dalam rutinitas anak muda — dari cara mereka memulai hari, berpikir tentang karier, hingga membentuk hubungan sosial.
1. Influencer Menawarkan “Kehidupan Ideal
Salah satu influencer yang sedang naik daun, seperti @maudyytt, sering membagikan kontent review atau mencoba makanan viral. Ia sendiri mempunyai usaha di bidang kurliner yang sedang naik daun yaitu bakso keju mozarella, yang sudah berhasil sold out ribuan pcs. Dengan kontent-kontent yang ia bagikan banyak anak muda yang tergiur dan ikut mencoba apa yang ia coba.
Tanpa disadari, banyak anak muda mulai tergiur dengan makanan tersebut. Bukan hanya karena suka, tapi karena ingin merasa mencoba apa yang sedang viral atau rasa penasaran mencoba seperti panutan mereka di TikTok.
2. Komunitas Digital Sebagai Lingkungan Sosial Baru
Para penggemar influencer sering membentuk komunitas di kolom komentar, live chat, atau grup TikTok. Di sana, terjadi pertukaran pandangan, peneguhan nilai, dan bahkan pembentukan identitas sosial. Mereka saling menyemangati, meniru gaya bicara atau berpakaian sang influencer, dan membentuk ikatan emosional satu sama lain.
Ini menjadikan influencer sebagai agen sosialisasi baru, menggantikan peran yang dulu dipegang oleh keluarga atau guru dalam membentuk nilai dan perilaku.
3. Dampaknya Nggak Selalu Positif
Meski banyak sisi baik — seperti mendorong produktivitas, self-care, dan percaya diri — gaya hidup ala influencer juga punya sisi gelap:
- Standar hidup jadi tidak realistis. Banyak pengikut merasa hidup mereka “kurang” karena membandingkan diri dengan kehidupan “sempurna” di TikTok.
- Tekanan sosial meningkat. Ada dorongan untuk selalu update tren, tampil cantik/tampan, dan punya barang yang sedang viral.
- Kesehatan mental terpengaruh. Terlalu sering membandingkan diri dengan influencer bisa memicu kecemasan, rendah diri, dan FOMO (fear of missing out).
4. Jadi Penonton yang Kritis, Bukan Sekadar Pengikut
TikTok memang tempat yang menyenangkan dan penuh inspirasi. Tapi sebagai pengguna, kita perlu lebih bijak. Kita bisa belajar dari influencer, tapi jangan sampai kehilangan diri sendiri hanya demi meniru gaya hidup orang lain.
Menjadi keren bukan berarti harus punya barang viral atau gaya hidup yang selalu “aesthetic”. Yang penting: kamu tahu siapa dirimu, apa yang kamu butuhkan, dan hidup sesuai dengan nilai yang kamu yakini.
TikTok bukan lagi sekadar hiburan. Ia adalah arena pembentukan identitas baru, tempat anak muda melihat, belajar, dan meniru. Influencer bukan hanya kreator konten, tapi juga panutan gaya hidup. Maka, yuk jadi penonton yang cerdas dan pengikut yang kritis — karena gaya hidup terbaik adalah yang sesuai dengan dirimu sendiri.
Source: Naila Martiza (20230502089)
Berita selengkapnya dapat anda akses di ;Aruna9news.com