Totaldeth Merilis ‘Ride To Die’ Sebuah Mini Album Tentang Refleksi Situasi Sosial
Mulai dari mental health hingga perbudakan dunia modern, lirik yang ditulis di album pertama Tötaldëth ini adalah manifestasi bangkit dari keterpurukan.
Extended play (EP) album pertama Tötaldëth yang berjudul Ride to Die telah rilis di berbagai digital streaming platform pada 11 Maret 2025 lalu. Ada empat lagu di dalam album milik band asal Bekasi ini, yakni “Ride to Die”, “Trauma”, “Ave Sathanas”, dan “Twisted of Reality”.
Kepada Metallagi, si vokalis Tötaldëth, Andika Burhan Lathifi, menjelaskan bahwa masing-masing lagu mereka adalah suara hati para personil dalam merefleksikan kehidupan dunia nyata.
“Ride to Die” adalah sebuah perjalanan hidup seseorang yang terpuruk dan mencoba untuk bangkit dan membuktikan ke semua orang bahwa dia mampu dan bisa. Lalu “Trauma” adalah upaya Tötaldëth mengungkapkan bahwa mental health itu penting untuk diperhatikan sejak kecil. Berikutnya “Ave Sathanas” membicarakan soal klenik sebagai warisan budaya di nusantara. Dan yang terakhir yakni “Twisted of Reality”.
“Lagu ’Twisted of Reality’ yang bermakna kehidupan seseorang yang disetir oleh sebuah substance dan mendapat penolakan dari orang sekitarnya, lalu orang ini juga merasa bahwa dia menjadi budak di dunia nyata, karena posisi uang itu sudah seperti tuhan yang bisa mengubah manusia dan juga mengontrol dunia, dan orang ini pun tertipu janji dari seorang teman yang dianggap sebagai sahabatnya, lalu diputarbalikkan faktanya, dan ternyata manusia itu sangat kejam,” terang vokalis yang akrab disapa Birs itu.
Kelompok musik ini cukup lihai dalam bereksperimen dengan musiknya. Meskipun garis besarnya sebagai band metal, namun di dalamnya banyak kombinasi dari berbagai genre mulai dari alternative hingga punk.
“Tötaldëth ingin memberi ke pemuda bangsa ini musik yang mengandung kejujuran pikiran-pikiran kami yang ada di dalam lagu untuk pendengar musik Indonesia serta memberi warna baru dalam musik metal Indonesia,” ucap Birs.
Sejarah Berdirinya Tötaldëth
Nama Tötaldëth dapat inspirasi dari teman Birs, drummer band Slither. Ia mengusulkan nama “Totalmati” dan saya ubah ke bahasa Inggris jadi “Tötaldëth”.
“Kebetulan nama itu sudah terpakai, karena influence saya dalam bermusik adalah Dave Mustaine akhirnya huruf di ‘death’-nya saya ganti menjadi ‘deth’ saja supaya bisa membedakan dengan band yang bernama hampir sama,” ucap Birs.
Tötaldëth berdiri sekitar akhir tahun 2023 dari kampus Esa Unggul cabang Harapan Indah oleh Birs dan Mikal yang berawal project iseng, lalu saya mengajak Gabbriel seorang gitaris dan kita mengobrol untuk membuat band secara profesional lalu Gabbriel mengajak drummer yang bernama Muhammad rizky Sandira, dan Mikal pun mengajak Raky Baresi Rossi untuk mengisi lead guitar.
Namun karena ada sedikit konflik karena perbedaan pandangan musik dan akhirnya tercipta formasi tetap dan original yaitu Andika Burhan Lathifi (Birs), Raky Baresi Rossi, Mikal Usama Ziyad, dan Muhammad Rizky Sandira.
Di tahun 2024 Tötaldëth sibuk masing-masing dan akhirnya berkumpul kembali di akhir 2024 untuk membahas karya. Dan puncaknya di bulan Februari 2025 Tötaldëth mulai mengerjakan EP Ride to Die.
Sumber : Metallagi
Berita selengkapnya dapat anda akses melalui aruna9news.com